PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) - DI Anak Semua Bangsa, Pramoedya Ananta Toer, sastrawan besar kelahiran Blora, menulis, "Orang bilang, apa yang ada di depan manusia hanya jarak. Dan batasnya adalah ufuk. Begitu jarak ditempuh, sang ufuk menjauh."
Kini puluhan tahun setelah novel yang menjadi bagian dari tetralogi Buru tersebut ditulis, ada anak Blora lain, Pratama Arhan, yang bersiap menempuh jarak itu. Pesepak bola kelahiran kota di Jawa Tengah tersebut kemarin resmi melangkah menuju Negeri Matahari Terbit untuk menguji diri dan kemampuan: seberapa jauh, seberapa tinggi, yang bisa dia capai.
"Saya sangat senang bisa bergabung dengan Tokyo Verdy. Ini salah satu klub sukses di Liga Jepang. Jadi, saya ingin berkontribusi maksimal mengembalikan klub ini ke kompetisi kasta tertinggi," tutur Arhan yang dikontrak dua tahun oleh Tokyo Verdy dalam sebuah rilis video.
Dukungan penuh datang dari ayah dan ibu pemain berposisi bek kiri tersebut nun di Desa Sidomulyo, Kecamatan Banjarejo, Blora. Mereka mendengar kabar gembira itu langsung dari Arhan yang tengah berada di Bali lewat panggilan video, kemarin (16/2) pagi.
Pemain yang dibesarkan PSIS Semarang itu memang rutin menelepon keluarga tiap pagi dan seusai salat Magrib.
"Main di luar negeri itu memang keinginan Arhan sejak menekuni sepak bola saat masih kelas IV SD," ungkap Surati, sang ibu, kepada Jawa Pos Radar Bojonegoro (JPG).
Sutrisno, sang ayah, membenarkan. "Kami dukung pilihannya. Keluarga di rumah selalu mendoakan," terangnya.
Meski kini berada di strata kedua Liga Jepang (J2 League), Tokyo Verdy sejatinya merupakan klub dengan sejarah panjang dan prestasi berderet. Diawali keberhasilan Jepang meraih perunggu di Olimpiade Meksiko 1968, klub yang berkandang di Stadion Ajinomoto dengan kapasitas 50 ribu orang tersebut tercatat tujuh kali menjuarai strata teratas Liga Jepang. Termasuk dua edisi awal J-League. Di tingkat Asia, klub yang awalnya bernama Yomiuri FC dan sempat pula bernama Verdy Kawasaki tersebut juga pernah menjadi jawara Asia pada 1987.
Tokyo Verdy sejatinya ingin merekrut Arhan sejak Agustus tahun lalu. Tapi, peningkatan kasus penularan Covid-19 secara global membuyarkan rencana tersebut. Performa gemilang Arhan saat membela tim nasional (timnas) di Piala AFF 2020 (yang dihelat pada Desember 2021) menguatkan kembali keinginan itu. Arhan mencetak dua gol di ajang tersebut dan berperan sentral membawa Garuda ke final.
Bersama PSIS di Liga 1 musim ini, Arhan baru delapan kali turun ke lapangan. Sebelum pamit untuk berkarier di Liga Jepang, pemain kidal yang punya kemampuan melakukan lemparan ke dalam sangat jauh itu sempat tidak masuk line-up dalam empat pertandingan.
Pemain 21 tahun tersebut kali terakhir turun sebagai starter saat Laskar Mahesa Jenar –julukan PSIS– bertanding melawan Arema FC (17/1). Setelah pertandingan itu, Arhan tidak ada dalam line-up PSIS saat berjumpa Madura United (28/1), Persebaya Surabaya (2/2), Persik Kediri (6/2), dan Barito Putera (10/2).
Arhan baru kembali masuk line-up saat timnya menghadapi Persib Bandung (15/2). Namun, dia hanya duduk di bench. Sama sekali tidak dimainkan. PSIS mendukung penuh langkah karier pemain binaannya tersebut. Itu dibuktikan dengan sama sekali tak meminta fee transfer kepada Tokyo Verdy. Padahal, sebagai pemain yang masih terikat kontrak, sebenarnya itu wajar dilakukan.
"Ini demi karier Arhan. Hal ini juga menjadi sebuah kebanggaan untuk PSIS karena jebolan akademinya bisa dilirik klub Jepang," tutur CEO PSIS Yoyok Sukawi.
Yoyok juga menjamin PSIS selalu menjadi rumah bagi Arhan. "Kami mau melihat seberapa jauh Arhan bermain di luar negeri. Nanti, saat pulang ke Indonesia, dia akan kembali ke PSIS, rumah yang telah membesarkannya," terang ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jawa Tengah itu.
Arhan adalah pemain keempat Indonesia yang berkarier di Liga Jepang. Pionirnya Ricky Yacobi. Pada 1988, dia berkostum Matsushita (kini Gamba Osaka). Sayang, kebersamaan pemain berposisi penyerang tersebut bersama Matsushita tidak lama. Dia kurang bersinar karena terkendala cuaca dan cedera. Tampil di enam laga, Ricky yang tahun lalu berpulang hanya bisa menyarangkan satu gol.
Setelah Ricky, pemain Indonesia lain yang pernah merasakan atmosfer Liga Jepang adalah Irfan Bachdim. Di Negeri Sakura itu, Irfan membela dua klub Jepang. Pada musim 2014–2015, dia bermain untuk Ventforet Kofu. Lalu, pada 2015–2017, Irfan ganti berkostum Consadole Sapporo.
Saat bermain untuk Ventforet, karier Irfan kurang bersinar. Dia hanya tampil dua kali tanpa mencetak gol. Di Consadole, penampilannya sedikit lebih baik. Penyerang yang terakhir membela Persis Solo itu 10 kali turun ke lapangan dengan catatan satu umpan gol.
Setelah Irfan, pemain Indonesia berikutnya yang bermain di Jepang adalah Stefano Lilipaly. Dia bermain untuk Consadole Sapporo pada musim 2014. Namun, di tim itu, gelandang andalan Garuda di Piala AFF 2016 tersebut tidak pernah dimainkan. Akhirnya, pada 2015, dia balik ke Belanda sebelum akhirnya hijrah ke Indonesia.
Andik Vermansyah sebenarnya juga nyaris bergabung dengan Ventforet Kofu. Pada 2013, setelah menjalani trial sepekan dan mencetak satu gol dalam sebuah uji coba, pemain binaan kompetisi internal Persebaya Surabaya itu ditawari kontrak. "Orang sana berharap saya tanda tangan, tetapi saya lebih memilih (klub Malaysia) Selangor. Aneh ya," katanya kepada Jawa Pos (JPG), lantas tertawa.
Keputusan itu kini disesalinya. Andai menerima pinangan dari Jepang itu, mungkin sampai sekarang dia masih akan berkarier di luar negeri. Karena itu, ketika mendengar Pratama Arhan bergabung dengan Tokyo Verdy, Andik ikut senang. Ikut bangga. "Untuk Arhan, mentalnya harus bagus. Jangan seperti saya," ucapnya.
Dia berharap Arhan bisa berkembang. Andik melihat peluang itu terbuka lebar untuk pemain bernama lengkap Pratama Arhan Alief Rifai tersebut. "Semoga jangan hanya setahun–dua tahun di sana. Semoga pula dia bisa menjadi pintu pembuka pemain-pemain lain dari sini untuk main di sana," paparnya.
Arhan menambah panjang daftar pemain muda Indonesia yang merumput di luar negeri. Di antaranya, Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman (FK Senica), Elkan Baggott (Ipswich Town), Asnawi Mangkualam (Ansan Greeners), dan Bagus Kahfi (Jong Utrecht).
Asisten pelatih timnas Indonesia Nova Arianto berpesan agar Arhan dan semua pemain muda Indonesia yang merumput di luar negeri tidak sombong dan cepat puas atas apa yang diraih sekarang. "Jangan sampai hal di luar sepak bola mengganggu di sana," katanya.
Dari Blora, Surati juga mewanti-wanti sang anak agar jangan sampai kehilangan sifat rendah hati saat bermain di Jepang. "Saya juga selalu berpesan kepada Arhan, jangan sampai meninggalkan salat ketika jauh dari orang tua," ungkapnya.
Bermain di Liga Jepang, salah satu liga terbaik di Asia, bahkan dunia, tantangan yang bakal dihadapi Arhan tentu kian berat. Tuntutan orang juga pasti semakin tinggi. Tapi, jauh-jauh hari Pramoedya, si anak Blora, juga sudah mengingatkan di Anak Semua Bangsa, "Pohon tinggi dapat banyak angin? Kalau Tuan segan menerima banyak angin, jangan jadi pohon tinggi..."(*/rij/c19/ttg/jpg)