PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - BUDI sedang mencari pekerjaan. Ia melamar ke salah satu perusahaan dan mendapatkan panggilan untuk wawancara.
Di hari H, dengan berpakaian rapi, Budi datang ke kantor perusahaan itu lebih cepat. Ia tak ingin terlambat. Dokumen dan berkas lamaran untuk mendukung syarat lamaran kerja sudah dibawanya. Ia pun sudah menunggu sekitar 15 menit di dalam ruangan untuk menunggu giliran diwawancara. Nama Budi pun dipanggil. Jantungnya berdegup kencang. Ia pun masuk ke dalam ruangan tertutup itu.
Berbagai hal pengalaman kerja dipertanyakan ke Budi. Namun banyak juga wawancara yang di luar kerja. Misalnya alamat rumah dan anak ke berapa dan lain-lain.
Budi menjawab semua dengan lancar. Karena yang ditanya adalah pertanyaan pribadi yang bagi Budi tak sulit untuk menjawabnya. Dua hari kemudian dia kembali datang ke perusahaan tersebut. Itu adalah hari penentuan apakah dirinya diterima bekerja atau tidak.
Ia melihat daftar pengumuman penerimaan karyawan. Namanya ada di urutan teratas. Sesaat Budi merasa senang. Namun dia kemudian sadar setelah melihat kembali pengumuman itu. Ia pun heran karena dia diterima kerja di perusahaan pialang saham, bukan di perusahaan yang dia lamar sesuai dengan pengumuman di koran.
''Alamak....!! Lain yang dilamar, lain pula yang menerima? Kok jadinya diterima di perusahaan pialang saham? Ah, tak jelas ini. Malas aku kerja di perusahaan saham ini. Paling cari nasabah yang mau uangnya dikelola buat main saham-saham itu,'' kata Budi sambil pergi meninggalkan kantor perusahaan itu.(ilo)