PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - RASA panik menyelimuti hati Jamal. Saat mengetahui sang adik tengah merintih kesakitan di rumah. Ia pun bergegas mengajak adiknya itu memeriksakan kesehatannya ke salahan satu rumah sakit terdekat.
Sesampai di rumah sakit, adiknya langsung ditangani dokter dan dilakukan pengecekan urin. Jamal pun diminta untuk mengantarkan sampel urin tersebut ke salah satu laboratorium yang berada di lantai dua di rumah sakit itu.
Jamal bergegas mengantarkan ke tempat yang diminta. Ia masuk ke dalam lift rumah sakit tersebut.
Jamal memencet tombol nomor dua. Sesuai dengan arahan perawat beberapa waktu lalu. Sesampainya di lantai dua, pintu lift tak terbuka. Jamal mulai kebingungan. Mana dia sendirian di dalam lift.
Jamal lagi-lagi panik. Ia ketakutan kalau-kalau lift tersebut rusak dan ia terkurung di dalamnya.
Ia pun berusaha membuka pintu lift tersebut dengan memencet tombol yang ada. Hampir tiga menit dia merasakan kepanikan. Kemudian ia menoleh ke bagian belakang dan melihat bahwa pintu lift tersebut ada dua sisi. Pintu di belakangnya sedang terbuka lebar. Di sana sudah menunggu beberapa pengunjung pasien yang sedari tadi melihat kepanikan Jamal.
"Alamak....!!! Pintunya ada dua sisi ternyata. Ih malunya aku dilihat pengunjung rumah sakit," kata Jamal sambil menutupi wajahnya dengan berkas yang ia bawa dan sampel urine sang adik menuju ke laboratorium.(ayi)