M YAFIZ, MANTAN KETUA SENAT UNRI 1978

Usai Demo Pernah Ditahan, Kini Plt Sekda

ALUMNI UNRI | Senin, 01 Februari 2016 - 08:48 WIB

Usai Demo Pernah Ditahan, Kini Plt Sekda
M Yafis menyerahkan penghargaan kepada murid berprestasi di halaman Kantor Gubernur Riau. Foto : riau.go.id

PEKANBARU (RIAUPOS.CO ) - Mahasiswa, dituntut kritis dan tetap menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang bisa diandalkan bagi masyarakat dan daerah. Karenanya, selama menjadi mahasiswa, Plt Sekdaprov Riau M Yafiz menikmati masa-masa sebagai mahasiswa di kampusnya, Universitas Riau, juga melakukan aksi demo, baik sebagai orator maupun massa aksi.

Bahkan, saat menjadi ketua senat di tahun-tahun 1978, kampus Unri yang masih jauh berbeda dibanding sekarang, menjadi sebuah tempat belajar teori hingga praktik yang merupakan sebuah kewajiban bagi mahasiswa ketika itu. Baik di dalam kampus maupun dalam kehidupan masyarakat.

Baca Juga :Praktikum, Mahasiswa Umri Langsung Kunjungan ke Riau Pos

M Yafiz yang kini menjabat sebagai Plt Sekdaprov Riau, juga merupakan Kepala Bappeda Provinsi Riau merupakan salah seorang alumni Unri yang sangat aktif sepanjang mengikuti perkuliahan. Yafiz yang kini masih menjabat Ketua Harian Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unri sejak 2005, berkisah tentang masa-masa sedang aktif di kampus.

‘’Itu dinamika sebagai mahasiswa. Memang pernah sampai ditahan semalam oleh Korem usai demo. Karena dulu orasi itu tidak seperti sekarang,’’ ulasnya kepada Riau Pos, kemarin.

Kampus Unri yang memasuki usia 54 tahun dan melahirkan puluhan ribu alumni, tersebar di seluruh tanah air hingga luar negeri. Juga sudah berkontribusi dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan di tanah air. Termasuk di Provinsi Riau tentunya.

Masih dikatakan Yafiz, dalam kehidupan kampus, memang banyak dinamika yang harus dilalui. Saat masih aktif di kampus, dan menjabat sebagai ketua senat pada 1978. Dia merupakan seorang Korlap yang kerap berorasi. Ditangkap dan ditahan di Korem menurutnya sebuah cerita masa lalu yang bisa menjadi motivasi dalam kehidupannya sekarang. ‘’Kalau mahasiswa tak pernah demo kasihan sekali, karena kritik sosial dari kalangan kampus harus ada,’’ tambahnya.

Masalah demo, menurut Yafiz dulu saat-saat dirinya masih di kampus, merupakan suatu hal yang berbahaya. Tidak seperti sekarang yang bisa bebas berekspresi. Sebagai ungkapan-ungkapan kemarahan dan kritik dari mahasiswa, bisa membawa sebuah perubahan besar bagi perbaikan. Hal tersebut katanya adalah penyeimbang dalam pemerintahan.

Namun dalam melakukan aksi-aksi tambahnya, juga harus ada sebuah jalur yang benar-benar membawa aspirasi banyak pihak. Sehingga tidak membawa kepentingan satu orang atau kelompok orang saja.

Disinggung mengenai Unri lanjutnya, sebagai lembaga, dia mengistilahkan sebagai sebuah dinosaurus. Sesuatu wujud besar yang bergerak masih lamban. Karenanya percepatan harus bisa dilakukan dengan menyesuaikan keperluan dan perkembangan daerah.

‘’Unri itu besar, tapi masih lamban. Sama dengan dinosaurus, tapi harus bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat. Karenanya berbagai perubahan sekarang harus direspon oleh SDM kampus, dalam pemenuhan kebutuhan sosial di masyarakat,’’ bebernya.

Harus responsif atas berbagai perubahan, dimaksud Yafiz seperti saat dirinya menjabat sebagai Kepala Distamben pada 2004 silam. Di mana saat itu ada bidang-bidang tentang minyak, gas dan listrik. Namun Unri saat itu belum ada jurusan atau fakultas yang bisa menciptakan SDM di bidang tersebut.(egp)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook