Di taman-taman yang luas, terlihat sepi. Tidak ada orang yang berkreasi di sana. Hanya ada petugas kebersihan dan pekerja yang merehab lokasi itu. Ada yang mengecat sebuah jembatan. Ada juga yang membenahi taman.
Musir, pengelola harian kawasan Stanum, juga mengakui pengunjung saat ini sepi. Penurunan pengunjung itu terjadi sejak 2014 lalu. Menurutnya, hal itu terjadi karena tidak ada penambahan fasilitas di lokasi wisata itu.
‘’Pengunjung kan ingin ada penambahan fasilitas. Ingin ada pembaharuan. Tapi karena tidak ada penambahan fasilitas, makanya orang berkurang ke sini,’’ sebutnya.
Dia menceritakan, dulunya kawasan Stanum ramai dikunjungi. Masa jayanya, sekitar 2002-2003. Saat itu, pengunjung membeludak. Bahkan katanya, sampai dilakukan penutupan penjualan tiket. ‘’Waktu itu, parkir tidak muat lagi. Pejalan kaki saja padat,’’ sebut Musir.
Tapi kondisinya sekarang berbeda. Lahan Stanum yang luasnya sekitar 17,2 hektare ini, tidak lagi jadi primadona. Gazebo-gazebo tempat pengunjung bersantai, sudah lapuk. Tidak bisa digunakan lagi. ‘’Mungkin banyak muncul wisata baru, orang berpindah ke sana,’’ katanya.
Oleh karena itu, dia juga ingin mengembalikan masa kejayaan Stanum. Seperti yang dulu lagi. Apalagi, Pemkab Kampar mendorong untuk memajukan Stanum. Buktinya, tahun ini Stanum mulai berbenah. Fokus memperbaiki bangunan yang rusak, mempercantik taman-taman.(*4)
Laporan Muslim Nurdin, Bangkinang