(RIAUPOS.CO) - Di tahun 90-an, taman rekreasi Stanum menjadi idola. Semua orang ingin ke sini. Bermain di taman yang tertata, menikmati fasilitas yang lengkap, dan berenang di kolam yang bersih. Tapi kini, semua itu hanya tinggal cerita. Stanum sekarang tidak seperti dulu lagi.
Taman rekreasi Stanum, berada di Kecamatan Bangkinang Kota, tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman. Tidak jauh dari pusat pemerintahan. Lokasinya juga mudah dijangkau. Kalau dari pusat kota, di sebelah kiri Jalan Sudirman, akan terlihat gapura pintu gerbang masuk Stanum.
Riau Pos mengunjungi tempat wisata ini, Jumat (21/7). Di gapura yang berwarna biru berpadu abu-abu ini, di sisi kanan dan kirinya, ada pos penjagaan. Namun, ruangan yang luasnya hanya 1,5x1,5 meter ini, kosong. Tidak ada orang.
Di dekat gapura, juga terpajang spanduk berukuran besar, bertuliskan selamat datang. Di spanduk itu, ditawarkan juga berbagai fasilitas yang ada di kawasan Stanum. Antara lain, penginapan/bungallow, ruang pertemuan, kolam renang, out bond, sket park dan lokasi perkemahan.
Sekitar 100 meter memasuki dari gapura, melewati jalan aspal yang menanjak, ditemukan lagi pos. Pos penjualan tiket. Di situ pengunjung akan dihentikan dengan palang besi. Ketika sudah membeli tiket, barulah bisa masuk. Untuk dewasa, harganya Rp8.000/orang. Sedangkan anak-anak, Rp5.000/orang. Berbeda dengan saat hari libur, yang harga tiket untuk dewasa dijual Rp15.000/orang dan anak-anak Rp6.000/orang.
Ketika tiket sudah terbayar, barulah pengunjung bisa memasuki lokasi wisata itu. Di dalam lokasi, terlihat sebelah kiri bangunan kantor pengelola kawasan Stanum. Bangunan ini terlihat ada beberapa orang petugas. Jika terus ke bawah, akan terlihat lagi bangunan-bangunan tua.
Seperti di sebelah kanan jalan, tepatnya di atas bukit, ada bangunan yang sudah tidak berpenghuni. Rumput ilalang tumbuh tinggi. Catnya sudah kusam. Kaca-kaca, sudah memudar. Bangunannya pun tidak utuh lagi. Sudah rusak.
Sebelah kiri, agak sedikit menurun, terlihat juga sebuah lapangan tenis. Lengkap dengan tribun penontonnya. Tapi, lapangan itu sudah berlumut. Kusam. Debu tebal, sudah menutupi tempat penonton. Tiang-tiang sudah berkarat. Catnya, tidak jelas lagi terlihat. Di sekitar lapangan itu, ada dua kendaraan yang rusak terparkir di sana.
Jika berjalan lagi ke arah bawah, sekitar 100 meter, ditemukan tempat bermain sket board. Lumayan luas. Sekitar 25x20 meter. Lapangan ini lengkap dengan tantangan, turunan, dan tempat lompatan. Tapi, pada Jumat pagi itu, tidak terlihat seorangpun yang bermain di sana.
Bersebelahan dengan lapangan sket board itu, ada kolam renang. Kolam renang ini, dilingkari dengan pagar. Untuk masuk, ada sebuah pintu berukuran 2 meter. Di pintu masuk, ada lagi pos. Tapi, di pos ini, tidak ada penjaga. Hanya kosong melompong. Sehingga bebas siapa saja yang masuk.
Ada dua kolam renang di sana. Pertama kolam renang ukuran kecil dan dangkal, kedua kolam renang yang berukuran besar. Airnya terlihat jernih kebiru-biruan. Memang, dinding kolam terbuat dari keramik berwarna biru muda. Di samping kolam, terlihat juga tribun penonton, dengan kapasitas sekitar 300 orang.
Sekeliling kolam renang, ada taman-taman. Ada sekitar lima orang pengunjung yang duduk santai di taman itu. Tapi yang berenang tidak ada. Dua orang pedagang, terlihat berjualan di kawasan itu. Saat itu, ada juga seorang petugas kebersihan yang memotong rumput yang sudah meninggi. ‘’Rumput-rumput ini rutin kita potong setiap pekan,’’ sebut Mas, petugas kebersihan.
Tidak jauh dari kolam renang, terlihat batu prasasti tanda diresmikannya kolam renang itu. Tertulis di batu itu, kolam renang diresmikan pada 1 Agustus 1991 oleh Tri Sutrisno, yang menjabat sebagai Jenderal TNI saat itu.
Bagian belakang kolam renang, ada juga sebuah sungai. Namun, sungai itu keruh. Di tepi sungai, ada satu ekskavator yang mengeruk sungai itu. ‘’Dulu itu jadi tempat bebek-bebek. Sekarang tempat itu sedang diperbaiki,’’ sebut Mas.