Syahruddin menerangkan, posisi elektabilitas PPrabowo - Sandi di angka 44,04 persen disebabkan oleh beberapa asumsi responden.
Di antaranya mereka beralasan ingin perubahan, mampu memperbaiki ekonomi, bisa membawa Indonesia lebih baik dan figur paslon 02 dipandang berkarakter tegas dan berwibawa.
Sementara figur Jokowi - Ma’ruf memperoleh elektabilitas 47,97 persen karena dianggap kerjanya terlhat, memberikan bantuan berupa materi terhadap warga, merakyat, dan berpengalaman.
"Selisih elektabilitas keduanya di angka 3,93 ini karena dampak penilaian masyarakat terhadap rendahnya kinerja Jokowi yang tidak sesuai dengan janji kampanyenya 2014," ucap Syahruddin.
Selisih yang sangat tipis, di bawah 10 persen itu menurutnya sangat riskan bagi incumbent. Pasalnya, waktu yang masih tersisa tinggal dua bulan ke depan merupakan peluang dan kesempatan emas buat pasangan Prabowo - Sandi mengejar ketertinggalan. (fat/jpnnjpg)