CALIFORNIA (RIAUPOS.CO) - Meta, perusahaan teknologi yang berbasis di California, Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya dikenal sebagai Facebook, berencana meluncurkan alternatif ChatGPT pada akhir tahun ini. Perusahaan bertujuan untuk menggunakan AI atau Artificial Intelligence untuk periklanan, yang masih mewakili sebagian besar pendapatannya, dan Metaverse.
Meski ada moratorium yang diusulkan oleh beberapa peneliti dan pemimpin teknologi, termasuk Elon Musk, Direktur Teknis Meta, Andrew Bosworth, mengatakan dia menentang penangguhan pekerjaan terkait AI. Meta bermaksud untuk mengkomersialkan AI generatifnya sebelum Desember 2023, dan telah mendirikan organisasi baru yang secara eksklusif berfokus pada AI, yang bertanggung jawab untuk merancang alat kreatif dan ekspresif untuk platform grup.
Menurut Bosworth, dilansir via Nikkei Asia, AI generatif kemungkinan akan memainkan peran utama dalam periklanan, yang tetap menjadi bisnis inti Meta. "Teknologi ini dapat meningkatkan efektifitas sebuah iklan," kata Bosworth.
Hal ini karena AI mampu menghasilkan berbagai macam gambar untuk menjangkau audiens yang berbeda. Alih-alih bertaruh pada satu foto dalam kampanye iklan, pengiklan dapat bertaruh pada segudang visual tanpa menaikkan biaya.
Menggunakan AI, Meta juga berharap besar agar bisa mendongkrak kinerja iklan online di Facebook dan Instagram. Diketahui, iklan sampai dengan saat ini masih menyumbang 97,5 persen dari total pendapatan Meta.
AI juga diharapkan memainkan peran dalam Metaverse, dengan kelompok Mark Zuckerberg bertujuan untuk menggunakan Kecerdasan Buatan untuk menghidupkannya. Didukung oleh AI, setiap pengguna internet diharapkan dapat menghasilkan ruang digital dalam realitas virtual atau augmented, hanya dengan memberikan deskripsi.
Nvidia juga telah mengembangkan AI yang mampu mengisi dunia virtual dengan objek dan karakter 3D. Alat tersebut dapat menghasilkan aset digital yang realistis, dengan tekstur berkualitas, dalam hitungan detik menggunakan daya komputasi dari satu GPU.
Terlepas dari feedback pengguna dan kritik pemegang saham, Meta belum sepenuhnya mengubur impian Metaverse-nya. Di bawah dorongan pendirinya, raksasa California berharap menggunakan investasinya di AI untuk mewujudkan ambisinya sebelumnya.
Meta, sebelumnya dikenal sebagai Facebook adalah raksasa media sosial dengan lebih dari tiga miliar pengguna aktif bulanan. Perusahaan baru-baru ini mengumumkan masuknya ke dunia Kecerdasan Buatan dengan pengembangan platform AI-nya sendiri. Pertanyaannya adalah bisakah AI Meta bersaing dengan ChatGPT?
Pertama, penting untuk memahami apa itu ChatGPT. ChatGPT adalah model bahasa besar yang dikembangkan oleh OpenAI, yang mampu menghasilkan respons seperti manusia terhadap kueri berbasis teks. Itu telah dilatih pada sejumlah besar data dan menggunakan algoritma pembelajaran mendalam untuk memahami dan menghasilkan respons.
Di sisi lain, platform AI Meta masih dalam tahap awal pengembangan. Ini dirancang untuk membantu pengguna berinteraksi dengan produk dan layanan perusahaan dengan cara yang lebih alami. Misalnya, pengguna dapat meminta platform AI untuk menjadwalkan rapat atau memesan makanan dari restoran.
Namun, penting untuk diperhatikan bahwa Meta tidak secara khusus mendesain platform AI-nya untuk menghasilkan respons mirip manusia terhadap kueri seperti ChatGPT. Alih-alih, platform AI Meta lebih fokus untuk memberikan pengalaman yang dipersonalisasi kepada pengguna yang disesuaikan dengan minat dan preferensi mereka.
Jadi, bisakah AI Meta bersaing dengan ChatGPT? Jawabannya tidak, setidaknya tidak di bidang yang sama. Para desainer menciptakan ChatGPT untuk menghasilkan respons seperti manusia terhadap kueri berbasis teks. Sedangkan platform AI Meta lebih fokus untuk memberikan pengalaman yang dipersonalisasi bagi pengguna.
Namun, platform AI Meta masih memiliki area yang terbukti berguna. Misalnya, itu dapat memberikan rekomendasi yang dipersonalisasi kepada pengguna berdasarkan minat dan preferensi mereka.
Platform AI Meta juga dapat meningkatkan produk dan layanan perusahaan yang sudah ada. Misalnya, ini dapat mengembangkan algoritme yang lebih efisien untuk moderasi konten. Atau untuk meningkatkan akurasi iklan yang ditargetkan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra