NASA Pakai Teknologi Radar di Satelit untuk Teliti Kerak Bumi Lebih Dalam

Teknologi | Sabtu, 11 Februari 2023 - 00:56 WIB

NASA Pakai Teknologi Radar di Satelit untuk Teliti Kerak Bumi Lebih Dalam
Ilustrasi: NASA akan gunakan radar di satelitnya untuk teliti inti Bumi. (NASA)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Para ilmuwan menggunakan alat antariksa untuk mempelajari perubahan lingkungan dengan resolusi sangat tinggi. Alat ini diharapkan bisa membantu para peneliti dalam proses penelitian terkait Bumi.

Belum lama ini, Laboratorium Propulsi Jet NASA menjelaskan melalui sesi tanya jawab untuk membahas NISAR (NASA-ISRO SAR), satelit pemetaan Bumi yang dibangun bersama dengan Organisasi Penelitian Luar Angkasa India.


Direncanakan untuk beroperasi selama tiga tahun, satelit tersebut mencakup teknologi terobosan yang dapat membantu memahami Bumi untuk mengatasi bencana alam.

NISAR adalah satelit pencitraan radar pertama yang menggunakan frekuensi ganda (pita gelombang mikro L dan S). Ini akan membuatnya secara sistematis memetakan kerak bumi pada tingkat detail yang luar biasa. Teknologi ini bahkan diklaim dapat mendeteksi perubahan di bawah 1 cm (0,4 inci).

NISAR mengamati Bumi secara detail, bahkan nuansa halus dari gempa bumi, tsunami, dan bencana lainnya. Ini juga akan membantu memantau proses jangka panjang, termasuk evolusi kerak Bumi, gangguan ekosistem, dan runtuhnya lapisan es.

Akses ke data juga akan memainkan peran penting. NISAR menawarkan cakupan seluruh dunia setiap 12 hari, membuat citra berbasis waktu menjadi lebih praktis. Tim misi berharap agar data tersedia untuk umum dalam satu hingga dua hari dan dapat mengirimkan data tersebut dalam beberapa jam dalam keadaan darurat. Siapa pun yang ingin mengurai informasi dapat memanfaatkannya.

Harganya diperkirakan USD 1,5 miliar atau berkisar Rp22,6 triliun. Dengan nilai tersebut, NISAR disebut menjadi satelit pencitraan Bumi termahal hingga saat ini. Namun, investasi itu mungkin bermanfaat. Data satelit dapat membantu pemerintah bereaksi dan bersiap menghadapi bencana alam, serta meningkatkan pemahaman manusia tentang perubahan iklim dan ancaman terhadap ketahanan pangan.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook