Masyarakat Desa Gajah Bertelut hanya bisa mengandalkan satelit (Vsat) BRI dalam berkomunikasi dengan dunia luar. Sebagai daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T), desa ini hanya bisa dikunjungi melalui jalur sungai.
Laporan: HENNY ELYATI (Kamparkiri Hulu)
HARI masih pagi, sekitar pukul 06.00 WIB, Riau Pos bersama BRI Regional Office Pekanbaru dan BRI Branch Office Lancang Kuning mengunjungi langsung keluarga penerima manfaat (KPM) program keluarga harapan (PKH) yang lanjut usia (lansia) di daerah 3T di Desa Gajah Bertelut, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar pada Rabu (8/11) lalu.
Dari Kota Pekanbaru ke Desa Gema, Kecamatan Kampar Kiri Hulu lamanya perjalanan darat yang kami tempuh seharusnya sekitar 2 jam, terpaksa kami tempuh 3 jam perjalanan karena hujan lebat yang mengguyur Kabupaten Kampar pada Selasa (7/11) malam membuat beberapa kawasan di Kampar Kiri Hulu terendam banjir.
Tingginya debit air membuat jalanan menjadi macet dan banyak kendaraan yang terpaksa berhenti bahkan putar arah. Walaupun banjir sangat tinggi tidak menyurutkan langkah kami untuk bertemu nasabah BRI di daerah 3T tersebut. Enam titik banjir berhasilkami lalui walaupun kendaraan mengalami beberapa kerusakan.
Di bawah koordinator Micro Ecosystem 1 Department BRI RO Pekanbaru Syawal, BRI Regional Office yang dikoordinatori Micro Ecosystem 2 Department Syafridan petugas bansos BRI Branch Office LancangKuning Yunan Ariska rombongan kami bertemudengan pendampig PKH Desa Gajah Bertalut Nurianidan Korcam PKH Kampar Kiri Hulu Mardiana yang sudah menunggu di dermaga Desa Gema.
Desa Gajah Bertelut, Kecamatan Kampar Kiri Hulu hanya bisa dikunjungi dengan transportasi air melalui Sungai Subayang. Sungai ini, merupakan jalur transportasi satu-satunya untuk sepuluh desa di dalamnya. Sungai Subayang merupakan sub DAS Sungai Kampar Kiri, Kabupaten Kampar yang beradadi kawasan SM Rimbang Baling. Sungai ini mengaliri beberapa desa dengan panjang hingga 90 km dan lebarkurang lebih 25 meter serta kedalaman 1-5 meter. Sungai ini merupakan tempat berbagai aktivitas masyarakat di desa-desa tersebut seperti aktivitas MCK, pertanian, perkebunan, dan jalur utama transportasi antar desa.
‘’Kita naik Johnson ya ke sana. Mobil tinggal di sini saja,’’ ujar Korcam PKH Kampar Kiri Hulu Mardiana.
Johnson yang dimaksud adalah sampan bermotor yang disebut piyau. Ada dua jenis piyau yang bisa dipilih yaitu Johnson atau Robin. Yang membedakan adalah jenis mesinnya. Piyau dengan mesin Johnson ini ukurannya lebih besar dengan kapasitas 6 orang (jika sungai banjir) dan 10 orang saat air dangkal, sedangkan Robin kapasitasnya 4 orang (saat banjir) dan 6 orang saat air dangkal, namun Robin memiliki mesin yang lebih gesit.
‘’Bayar sewanya Rp1 juta per sampan,’’ ingatnya lagi.
Saat itu, arus Sungai Subayang sangat deras dan bergelombang, mengingat Desa Gajah Bertelut yang kami kunjungi berada di hilir, kami harus melawan arus, nahkoda Andri (35) mengendalikan perahu menyusuri sungai. Ia sudah biasa melakukan perjalanan dari desa terdekat hingga desa terjauh yang harus menempuh waktu hingga lebih dari enam jam. Tentu membutuhkan teknik khusus untuk membuatperahunya tetap seimbang. Andri harus mengurangi kecepatan setiap kali bertemu perahu dari arah lawan, juga ketika akan berbelok, karena arus akan semakin deras. Bukan hanya menaklukkan derasnya arus ketika pasang, ia juga harus jeli memilih sisi yang tidakterlalu dangkal agar mesin di perahunya tidak kandaslalu macet.
Biar safety, kami memakai baju pelampung selama 3 jam di atas piyau dengan matahari yang menyengat, kami berhasil menempuh perjalanan jalur sungai ini. Selama menempuh perjalanan, kami tidak bisamelakukan komunikasi alias hilang sinyal.
Tiba di dermaga Desa Gajah Bertelut, kami berjalanmenuju balai desa. Melihat kedatangan kami, nasabah BRI yang rata-rata merupakan PKM PKH datang berkumpul, mereka mengeluhkan sulitnya sinyal, listrik, sekolah dan transportasi.
Di halaman kantor Desa Gajah Bertelut, Riau Posmelihat Vsat BRI berdiri di sana yang ditopang panel solar cell. Riau Pos pun mengaktifkan wifi dan bisaberkomunikasi, namun hanya sesaat karena sinyal lagi-lagi hilang dan kembali. Demikian berulang kali, sinyalhanya bisa dipakai untuk voice (menelepon).
Korcam PKH Kampar Kiri Hulu Mardiana menjelaskan, BRI telah memberikan VSat BRI ke Desa Gajah Bertelut beberapa tahun lalu, namun karena jaringan listrik tidak ada Vsat terbatas penggunaannya. ‘’Masyarakat tak mampu membeli solar untuk gansethidup 24 jam,’’ sebut Mardiana.
Menurut Sekdes Gajah Bertelut Indra SPd dan Kaur Pemerintahan Badul Azis kepada Riau Pos menjelaskan, terdapat 45 KK dari 130 KK warga di sana dan kehidupan masyarakat mengandalkan hasil sungai dan penderes karet. ‘’Daerah kami memangmasuk IDT, tak ada listrik dan jaringan telepon. Kami berharap ini bisa diperhatikan pemerintah,’’ sebutIndra.
Walaupun VSat BRI ada, namun karena keterbatasan kemampuan desa dalam memasok listrik, warga harus berebut sinyal. ‘’Semakin banyak warga menggunakan HP di waktu bersamaan semakin sulit sinyal yang kami dapatkan. Maklum, kami tak mampu menyediakan listrik 24 jam sehari,’’ terangnya.
Jika listrik padam, maka sinyal di desa itu juga ikutanhilang. Terkait listrik ini, lanjut Indra, Desa Gajah Bertelut saat ini memakai PLTS 18 KWH, awal PLTS ini dibagun, setiap rumah bisa mencukupi listrik 450 KWH, namun setelah 5 tahun dibangun PLTS ini banyak mengalami kerusakan sehingga tiap rumahhanya mampu 200 KWH dengan durasi listrik menyala hanya 3 jam per hari.
Ketua KPM Kelompok Bunga Tanjung Zaita dan Ketua KPM Kelompok Bunga Anggrek Timis kepada Riau Pos mengaku sangat senang penyaluran bantuan PKH melalui BRI dan berharap ke depannya jumlah bantuan bisa ditingkatkan.
‘’Alhamdulillah, BRI mau datang ke sini, melihat langsung kondisi masyarakat di daerah IDT ini, terimakasih BRI,’’ ujar Zaita.
Dijelaskan Ketua KPM Kelompok Bunga Anggrek Timis, untuk mencairkan dana PKH, warga desa terpaksa menggesek kartu ATM Brilink ke Desa Gema. ‘’Biaya transportasi ke sana sangat besar PP, makanya kami berharap desa kami mendapat perhatian penuh dari pemerintah,’’ katanya.
Regional Micro Banking Head BRI RO Pekanbaru, Rahmad Budi Sulistia kepada Riau Pos menjelaskan, dalam penyaluran bansos PKH, pihaknya memprioritaskan penyaluran ke wilayah 3T (terdepan, terpencil dan tertinggal), menyasar KPM dengan katagori lansia dan penyandang disabilitas atau yang mengalami kesulitan tertentu.
“Masyarakat yang mempunyai kendala seperti yang berdomisili di wilayah 3T itu tadi, atau lansia dan disabilitas, bisa menghubungi petugas BRI atau berkoordinasi saja dengan pendamping PKH dan Koordinator kecamatan,” kata Rahmad.
Dia memastikan, petugas bansos BRI RO Pekanbaru bersama pendamping PKH akan mendatangi rumah penerima manfaat, guna mempermudah dalam menerima bantuan, baik program PKH maupun program sembako.***
Editor: E Sulaiman