APLIKASI

Pengguna Twitter dalam Bahaya, Ini Penyebabnya

Teknologi | Rabu, 04 Januari 2023 - 00:36 WIB

Pengguna Twitter dalam Bahaya, Ini Penyebabnya
Ilustrasi hacker. Sebuah laporan baru menyatakan bahwa peretas telah memperoleh informasi sensitif soal para pengguna Twitter. (KOKOH PRABA/DOK. JAWAPOS.COM)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Twitter dikelilingi banyak isu negatif belakangan ini dan hal tersebut masih akan terus berlangsung. Itu setelah seorang hacker mengklaim memiliki data pribadi dari ratusan juta pengguna platform tersebut.

Sebuah laporan baru menyatakan bahwa peretas telah memperoleh informasi sensitif soal para pengguna Twitter. Angkanya juga mengagetkan. Kabarnya hacker tersebut memiliki sebanyak 400 juta data pengguna, yang diambil secara ilegal pada 2021 lalu.


Data tersebut diperoleh dengan menyalahgunakan kerentanan API atau Application Programing Interface yang telah diperbaiki sejak sempat ditemukan adanya celah. Peretas dengan nama anonim ‘Ryushi’ itu bahkan telah menawarkan Elon Musk dan Twitter untuk membeli data kepadanya dengan harga tinggi yakni sebesar USD 200 ribu atau setara dengan Rp3,1 milar lebih.

Dilansir dari TechRadar, jika menolak, Twitter kabarnya akan menghadapi denda yang lebih berat dari General Data Protection Regulation (GDPR) atau regulasi terkait data yang terkenal sakti di wilayah Eropa.

“Pilihan terbaik Anda untuk menghindari pembayaran USD 276 juta dalam denda pelanggaran GDPR seperti yang dilakukan facebook (karena 533 juta pengguna dihapus) adalah dengan membeli data ini secara eksklusi. Setelah itu saya akan menghapus utas ini dan akan tidak menjual data ini lagi,” ancam Ryushi di forum peretas.

Untuk membuktikannya, ia bahkan membagikan sampel data lebih dari 1.000 pengguna yang mencakup sejumlah selebritas yang juga berhasil dibocorkan. Informasi ini berisi data sensitif seperti alamat email, nama pengguna, jumlah pengikut, tanggal pembuatan, dan beberapa nomor telepon pengguna.

Peretas tersebut menambahkan bahwa jika Twitter melewatkan kesepakatan ini, dia juga terbuka untuk menjual data ini ke banyak pembeli dengan jumlah USD 60 ribu atau berkisar Rp 950 jutaan untuk pihak yang berkepentingan lainnya.

Sayangnya, masih belum jelas keputusan apa yang akan diambil Twitter. Pun demikian terkait apakah data pribadi yang diklaim bocor oleh hacker itu benar-benar akurat atau tidak.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook