INHU(RIAUPOS.CO) - Tidak ada firasat atau mimpi bagi Ilham (55) warga Desa Alang Kepayang, Kecamatan Rengat Barat, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu). Bahkan tidak ada tanda-tanda kelainan bagi sapinya selama mengandung. Namun saat melahirkan, anak sapi memiliki badan satu dengan kepala dua.
Pada bagian kepala anak sapi berwana cokelat tersebut terdapat mata empat, mulut dua, telinga dua, persisnya seperti kembar siam di bagian kepala. Akibat kepala dua tersebut, anak sapi tidak kuat berdiri layaknya anak sapi normal lainnya. Sehingga hanya bisa berbaring sejak lahir pada Sabtu (14/7) sekitar pukul 16.00 Wib di kandang yang tak jauh dari rumahnya.
Kondisi anak sapi dari induk berwarna bulu hitam dipadu kecokelatan itu dapat melahirkan normal. Hanya saja, perlu waktu lama untuk melahirkan yang mulai terlihat sejak pukul 10.00 WIB. Bahkan sempat lama tertahan untuk keluar dari rahim induknya ketika bagian kaki depan sudah berada di luar.
“Saya sempat khawatir dan ingin menarik dua kaki bagian depannya tetapi tidak tega hingga akhirnya lahir sendiri. Padahal induk sapi itu sebelumnya sudah pernah melahirkan dua kali secara normal,” ujar Ilham didampingi istri dan anak-anaknya, Selasa (17/7).
Ketika lahir itu, induk sapi miliknya juga langsung menjilat bagian tubuh anaknya. Sehingga cairan yang menempel di bagian tubuh anak sapi tersebut cepat kering. Sementara posisinya tetap saja berbaring hingga anak sapi tersebut sempat mengeluarkan suara layaknya anak sapi pada umumnya.
Anak sapi tersebut dapat bertahan hidup hingga saat ini, dengan upaya melalui pemilik ternak yang juga ayah lima anak itu dengan memberikan susu melalui dot yang diambil dari induknya dengan cara diperas. Hal ini tidak lain disebabkan, anak sapi tersebut tidak bisa berdiri.
“Sepertinya bagian kepala anak sapi tersebut agak berat dan hanya bisa berbaring,” ucapnya.
Air susu yang diberikan itu bisa melalui kedua mulut anak sapi dengan cara bergantian. Bahkan pada organ lain, baik mata serta kakinya juga dapat bergerak-gerak kecil.
Memang sebutnya, sapi miliknya sudah dipelihara sejak beberapa tahun silam. Di mana awalnya beternak sapi dengan cara memelihara sapi milik keluarganya sekitar tahun 1986 lalu. Dari sapi tersebut, akhirnya dibagi hasil hingga dapat memiliki sapi sendiri.
Dalam perjalanannya hingga saat ini sudah ada yang dijual untuk biaya hidup dan biaya sekolah anak-anaknya. “Saat ini ada tujuh ekor termasuk yang baru lahir ini,” tambah Ilham yang sehari-hari bekerja sebagai petani.
Anak sapi yang ditaruh tak jauh dari dapur rumahnya, sudah menjadi tontonan warga setempat. Setiap warga yang datang tidak lupa mengabadikannya dengan handphone.
Atas kejadian ini, Ilham juga berharap kepada pemerintah dapat memberikan perhatian kepada sapinya. Bahkan pemilik sapi ini juga berharap adanya bantuan ternak sapi unggul. “Saya selama ini tidak pernah dapat bantuan ternak sapi,” terangnya.
Di tempat terpisah, Plt Kepala Dinas Pertenakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Inhu Paino SP melalui Kabid Peternakan Ir Hardiman mengatakan bahwa sapi beranak kepala dua ini hanya kelainan genetik. Karena bisa saja saat mengandung, anak sapi tersebut bakal kembar.
Namun akibat jenis sapi lokal dengan ukuran tubuh tidak terlalu besar hingga tidak mampu membuahi anak kembar. “Sejauh ini anak sapi tersebut dalam kondisi sehat dan sangat dibutuhkan kecukupan asupan gizi,” ujarnya.
Kejadian ini juga selain sudah dilaporkan kepada kadisnakan dan bupati, pihaknya juga sudah melaporkan kepada Dinas Pertenakan Provinsi Riau. Bahkan, pada siang tadi sudah disampaikan kepada Dirjen Peternakan di Jakarta.
Sesuai informasi yang disampaikan pihak provinsi, hari ini Rabu (18/7) Kadis Peternakan Provinsi Riau akan turun meninjau langsung. Bisa saja melalui turun lapangan ini, anak sapi tersebut akan dibawa ke Pekanbaru untuk dirawat di rumah sakit hewan. Karena di Kabupaten Inhu belum memiliki rumah sakit hewan.
Kepada pemilik sapi tersebut juga diimbau agar tetap rutin memberikan susu induknya. Bahkan kepada pengunjung diharapkan tidak terlalu banyak memegang. Karena bisa saja mendatangkan virus hingga akhirnya dapat mengganggu kesehatannya. “Kalau bisa diberi kelambu agar lalat tidak hinggap pada tubuh anak sapi tersebut,” harapnya.***
(Laporan KASMEDI, Rengat)