TANJUNGPINANG (RIAUPOS.CO) - Simaklah penuturan seorang gay yang tinggal di Tanjungpinang ini. Meskipun memiliki pekerjaan tetap, nanun tetap saja sering dibooking pria penyuka sesama jenis alias gay. Pelanggannya mulai dari PNS hingga mahasiswa pun ada.
Budi (bukan nama sebenarnya), salah satu gay di Tanjungpinang sempat bercerita kepada Tanjungpinang Pos (Riau Pos Group), seperti apa kehidupan gay di kota ini.
Selasa (1/12/2015) lalu merupakan peringatan Hari AIDS Se-dunia. Saat itu, Budi sempat memperingatinya dengan membagikan bunga kepada warga serta menyampaikan pesan untuk menghindari AIDS.
Meski dirinya salah satu pria yang beberapa kali gonta-ganti pasangan, namun Budi mengaku bebas dari penyakit mematikan itu. Justru itulah, dirinya antusias untuk mengajak warga Tanjungpinang agar sama-sama terhindar dari penyakit yang belum ada obatnya tersebut.
Usai kampanye hari AIDS, Budi mengaku kalau dirinya adalah gay first. Ia menjelaskan, gay terbagi dalam tiga golongan yakni top gay, bottom gay dan first gay. Yang dimaksud dengan top gay (atas) adalah sebagai laki-laki. Sedangkan, bottom gay (bawah) adalah bertindak sebagai perempuan.
”Kalau saya first gay. Bisa jadi laki-laki, bisa jadi perempuan,” ujarnya sambil senyum menggoda.
Gay atau homoseksual adalah hubungan intim sesama laki-laki. Meski dua-duanya laki-laki, namun dalam pacaran, ada yang bertindak sebagai laki-laki. Sifatnya lebih macho dan melindungi. Sedangkan gay perempuan ibarat gadis yang harus dilindungi dan lebih lembut serta manja dengan gay laki-laki atau kekasihnya.
Sejak kecil, dia mengaku tak ingin menjalani hidupnya menjadi gay. Namun, perjalanan hidupnya lah yang membuatnya menjadi gay seperti sekarang ini. Budi merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau kini disebut Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemko Tanjungpinang.
Ketika usianya masih 5 tahun, Budi lebih sering berbaur dengan anak perempuan ketimbang, ngumpul dan bermain dengan laki-laki sebayanya. Hingga tumbuh dewasa, ia pun lebih terbiasa dengan dunia kecilnya dulu. Sehingga sampai tamat SMK pun, ia
lebih memilih perempuan sebagai teman bermain.
Di sekolah, ia sempat diasingkan kawan-kawannya karena sifatnya yang lebih kental dengan sikap perempuan. Budi pun jadi bahan cemohan di sekolah. Dan ia harus melewatinya karena sudah biasa sejak SD.
Hingga tumbuh dewasa, Budi pun merasa sangat menikmati dunianya saat ini. Meski sering bermain dengan perempuan, namun Budi suka juga dengan laki-laki untuk dijadikan pacar.