“Walau hilang dari pandang, takkan kau lepas dari ingatan”. Kalimat ini, barangkali dianggap biasa-biasa saja. Namun terasa pantas diberikan pada almarhum Idrus Tintin. Sosok seniman sejati, karena ketunakannya menceburkan diri tanpa sisa dalam dunia seni, tak dimiliki banyak seniman di negeri ini.
MENGINGAT menjadi jembatan untuk memperpanjang usia manusia, dalam hal ingatan atas kiprah sosok insan yang berjasa bagi negeri dan generasi hari serta nanti. Paling tidak, ingatan kolektif para seniman/budayawan itu diabadikan dalam acara Madah Poedjangga, Sabtu (28/11) malam tadi di lantai satu Plaza Graha Pena Riau.Selain menampilkan pembacaan puisi oleh penyair-penyair dan tampilan seni lainnya dari UKM Batra FKIP Unri, talkshow malam tadi menghadirkan budayawan Riau Al azhar. Tampak hadir dalam acara itu sastrawan Rida K Liamsi, Husnu Abadi, drh Chaidir, DR Junaidi, Zuarman Ahmad, Dantje S Moeis, Hang Kafrawi, TM Sum, Elmustian Rahman, Multi Tintin (anak Idrus Tintin) dan banyak lagi.
Al azhar pun mendedah kiprah dan kehidupan Idrus Tintin sepanjang pengetahuan serta pemahamannya. Baginya, kehadiran sosok Idrus sesuatu yang langka, terutama di Riau. Ia menyebut beberapa nama, sebagai misal, Rida K Liamsi selain sastrawan/ seniman juga seorang wartawan, Husnu Abadi selain sastrawan juga seorang dosen, dan banyak lagi yang begitu. Namun Idrus Tintin, ia adalah seniman tapi juga seniman, ia sastrawan tapi juga sastrawan.