WABAH CORONA

Marhalim: Seniman Riau Harus Diperhatikan Pemprov di Tengah Pandemi Corona

Seni Budaya | Selasa, 28 April 2020 - 01:16 WIB

Marhalim: Seniman Riau Harus Diperhatikan Pemprov di Tengah Pandemi Corona
Seniman Riau, SPN Marhalim Zaini, saat memberikan workshop, beberapa waktu lalu. (FACEBOOK)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Pandemi virus corona (Covid-19) yang belum berhenti dan membuat semua orang dipaksa tinggal di rumah untuk mencegak penularan ini, berdampak pada semua bidang. Terutama ekonomi. 

Bagi mereka yang punya pekerjaan tetap dan tetap mendapat gaji, meski kerja di rumah, tak menjadi masalah. Tetapi bagi mereka yang bekerja berdasarkan poyek dan tak mendapat gaji tetap, akan sangat merasakan kondisi saat ini.


Dunia kreatif sangat terdampak pada kondisi sekarang. Kalangan seniman, yang di dalamnya termasuk para pekerja budaya dan mereka yang berkutat di bidang sastra, sangat merasakan kondisi saat ini secara ekonomi. 

Peran pemerintah, baik pusat maupun daerah, diharapkan ada untuk membantu para seniman yang tak bisa bekerja dan tak mendapatkan penghasilan. Sebab hampir semua kegiatan seni berhenti dan tak boleh dilakukan dalam rangka social and pishycal distancing.

Hal ini juga dialami seniman serba-bisa, SPN Marhalim Zaini. Lelaki yang memilih hidupnya dari dunia seni ini merasakan beratnya menghadapi kondisi "harus tinggal di rumah" ini.

"Berat. Luar biasa berat. Mungkin semua orang merasakan ini ya, semua profesi. Tapi profesi seniman yang bekerja secara paruh waktu, menjadi lebih berat," ujar Marhalim kepada Riaupos.co, Senin (27/4/2020).

Ketua Suku Seni ini menjelaskan bahwa sejak imbauan bekerja di rumah dan tetap tinggal di rumah untuk memutus persebaran corona, diatetap berkarya di rumah. Beberapa kegiatan tetap dilakukannya, seperti  terus aktif di Youtobe. Di sana dia baca puisi, tutorial, diskusi, atau pentas online, dilakukan sendiri saja, kadang ada anak-anak Suku satu dua orang membantu berkarya. Tapi, katanya, itu hanya ruang éksprési dirinya sebagai seniman, belum menghasilkan secara ekonomi.

Dalam dunia kepenulisan, dia juga membuka Kelas Menulis Online (KEMON). Kelas ini sudah berjalan, ada sejumlah penulis pemula gabung. Tapi masih jauh untuk menutupi secara ekonomi. 

"Lalu saya terakhir jualan buku format PDF. Saya sebar. Dan ya lumayan respon kawan-kawan. Intinya saya harus terus memberdayakan seluruh kemampuan saya secara optimal. Apa pun," jelas Marhalim.

Tiga buku terbarunya berformat virtual (PDF) itu berjudul Yang Melimpah dari Cururan Atap, Seribu Lima Ratus Sebelas, dan Melodi Hujan Tiris. Ketiga buku ini mendapat respon baik dari beberapa pembaca, termasuk dari sastrawan Rida K Liamsi yang ikut meng-endors di beberapa akun media sosialnya.

Marhalim mengakui, secara ekonomi dirinya saat ini terseok-seok. Tanggungan banyak, masukan hampir nol. Jadi harus banyak improvisasi sekarang. Meskipun kekuatan utama, katanya, adalah tetap bersabar, bertahan, bekerja, dan terus bersyukur.

Peran Pemerintah

Hingga saat ini, belum ada bantuan dari pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Kebudayaannya, atau peran lembaga kesenian semacam Dewan Kesenian Riau (DKR) untuk membantu para seniman yang kesulitan ini.

Beberapa waktu lalu, kata dia,  pernah ada pembagian sembako untuk 200 seniman senilai Rp100 per paket. Katanya donasi dari ASN Pemprov Riau. Dia mengaku tidak tahu persis. 

"Tapi itu  sifatnya improvisasi juga. Tidak terprogram. Atau belum? Tapi kapan? Bagi saya yang penting ada komunikasi antarseniman, lembaga seni, dan pemerintah, untuk membicarakan ini. Tapi yang saya lihat, komunikasi tidak jalan," jelas lelaki kelahiran Bengkalis ini.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook