“Kalau melihat pertunjukan dan menyimak kisah yang ditampilkan, saya kira cerita asal Muaratakus jauh lebih dulu dari kisah yang saya baca diberbagai buku maupun media versi Pelalawan. Saya kira versi-versi itu menarik dan biarkan saja berkembang ke tengah masyarakat,” ungkap salah seorang penonton, Siti Aminah, yang saat ini menuntut ilmu di Universitas Islam Riau (UIR).
Menariknya, anak-anak usia sekolah dasar yang menjadi aktor pada operet anak tersebut tidak hanya lihai berakting, mereka juga mampu bernyanyi dengan penuh perasaan. Sehingga kisah yang dimainkan cukup terasa meyakinkan. Sang sutradara dan penulis naskah drama “Jang si Bono” Rina NE memang mengakui, karya itu hampir sama dengan karya-karya Sanggar Keletah Budak selama ini yakni bermain dan bernyanyi.
“Anak-anak tidak perlu dipaksa untuk tampil dengan berakting seperti orang dewasa. Biarkan mereka memainkan peran sesuai dengan pemahaman dan kemampuan kanak-kanaknya. Kepolosan dan kejujuran mereka justru menjadi nilai tambah untuk setiap kali produksi Sanggar Keletah Budak,” kata Riau menjelaskan.
Paling tidak, Sanggar Keletah Budaksetiap tahunnya menampilkan Operet Anak di Anjung Seni Idrus Tintin dan beberapa acara lainnya, baik di Riau maupun luar Riau. Sanggar yang telah didaulat meraih Anugerah Sagang 2014 sebagai Komunitas Pilihan Sagang ini terus mengembangkan sayap dan eksis.
Laporan: Jefrizal
Editor: Fedli Azis