Selain itu, tersebut pula pelaku Tarik Koba M Nasir (Rokan Hulu), perupa
asal Kampar Sudirman Agus dan Latief Hasyim. Pengrajin alat musik
Melayu Tengku Firdaus (Siak Sri Indrapura), pengrajin layangan/wau
Amromshah dan pencipta lagu Melayu Abdul Hamid (Dumai). Begitu pula
seorang ibu pelantun Nandong dan H Mailiswin, selaku pengkaji seni
tradisional asal Indragiri Hulu. Lalu, pendekar pencak silat Asdimar dan Sumari pelaku Tarakan Calempong asal Kuantansingingi.
Tak ketinggalan pula pengrajin alat musik Nafiri Muhammad Jamil dan pemain gambus tradisi Ahmad S asal Kepulauan Meranti.
Juga
seorang Bomo (ahli pengobatan tradisional Kubu) Abdul Majid dan pelaku
seni berzanji Makmur Hasan asal Rokan Hilir. Untuk Kota Pekanbaru, duta
budaya dipercayakan kepada OK Tabrani dan GP Ade Darmawi selaku seniman
dan budayawan.
“Bagi kami, apa pun namanya, kepedulian pada
pelestarian budaya dan tradisi di tanah Melayu ini sangat penting. Kami
menyambut hangat keinginan pemerintah melalui dinas yang baru terbentuk
ini menyebut kami sebagai duta budaya. Sebab selama ini, kami terus
berbuat dan berkarya untuk anak cucu di masa kehadapan,” ungkap
Mailiswin yang cukup konsen menggali dan mencatat warisan nenek moyang
yang ada di berbagai wilayah Inhu, hingga budaya Suku Talangmamak.
Lalu,
muncul berbagai pertanyaan dan anggapan dari berbagai kalangan di Riau.
Apa itu duta budaya? Apa tugasnya? Untuk apa? Dan seterusnya.
Menanggapi itu, penyair abad 21 yang akrab disapa Atuk Yos
mengilustrasikannya dengan keyakinan penuh. Menurutnya, orang-orang yang
didaulat sebagai duta budaya itu tentu saja, mereka yang telah
memberikan kontribusi pada Melayu, terutama Melayu Riau.
“Orang-orang
inilah yang telah memberikan banyak informasi tentang tradisi di
daerahnya masing-masing. Selain mereka memahami benar adat istiadat,
tradisi, dan mampu menjelaskan secara baik itulah yang membuat kami
terpanggil untuk menjadikan mereka informan penting pada kebudayaan
Melayu di daerah masing-masing,” paparnya.
Dijelaskannya lebih jauh,
tentu saja masih ada orang-orang lain yang juga bertungkuslumus dalam
penggalian budaya dan tradisi di daerahnya. Namun tentulah tidak
seluruhnya dijadikan duta atau perwakilan. Bisa dikatakan, mereka yang
saat ini didaulat sebagai duta budaya itu, sebagai pintu gerbang
memasuki lautan informasi di daerahnya masing-masing. Artinya, saat
pihak luar memerlukan informasi di satu daerah, mereka bisa langsung
diarahkan kepada sang duta. Nah, saat orang luar itu mengunjunginya,
maka duta itulah yang menunjukkan kemana dan kepada siapa mereka harus
mendapatkan informasi yang akurat tentang keinginan mereka.
“Mengapa
rata-rata duta ini berusia lanjut? Karena mereka sudah menggeluti
budaya dan tradisi cukup lama, bahkan sepanjang usia. Banyak umur, tentu
banyak pula pengalaman dan luas wawasannya. Tapi percayalah, kami tidak
pernah menepis keyakinan kami, bahwa saat ini telah banyak anak-anak
berusia muda juga peduli pada tradisi dan budaya Melayu Riau. Mereka
juga sumber mata air kebudayaan yang tak boleh dipandang sebelah mata,”
ucap Atuk Yos panjang lebar.***
Laporan FEDLI AZIS, Pekanbaru