Membujuk Kebudayaan

Seni Budaya | Minggu, 13 Mei 2018 - 12:09 WIB

Membujuk  Kebudayaan
DUTA BUDAYA: penyerahan plakat pada pengukuhan duta budaya Melayu di Taman Budaya Riau. Disbud Riau for Riau Pos

Selain itu, tersebut pula pelaku Tarik Koba M Nasir (Rokan Hulu), perupa asal Kampar Sudirman Agus dan Latief Hasyim. Pengrajin alat musik Melayu Tengku Firdaus (Siak Sri Indrapura), pengrajin layangan/wau Amromshah dan pencipta lagu Melayu Abdul Hamid (Dumai). Begitu pula seorang ibu pelantun Nandong dan H Mailiswin, selaku pengkaji seni tradisional asal Indragiri Hulu. Lalu, pendekar pencak silat Asdimar dan Sumari pelaku Tarakan Calempong  asal Kuantansingingi.

Tak ketinggalan pula pengrajin alat musik Nafiri Muhammad Jamil dan pemain gambus tradisi Ahmad S asal Kepulauan Meranti.   

Baca Juga :208 Tenaga Pendidik Terima Anugerah Merdeka Belajar 2023

Juga seorang Bomo (ahli pengobatan tradisional Kubu) Abdul Majid dan pelaku seni berzanji Makmur Hasan asal Rokan Hilir. Untuk Kota Pekanbaru, duta budaya dipercayakan kepada OK Tabrani dan GP Ade Darmawi selaku seniman dan budayawan.

“Bagi kami, apa pun namanya, kepedulian pada pelestarian budaya dan tradisi di tanah Melayu ini sangat penting. Kami menyambut hangat keinginan pemerintah melalui dinas yang baru terbentuk ini menyebut kami sebagai duta budaya. Sebab selama ini, kami terus berbuat dan berkarya untuk anak cucu di masa kehadapan,” ungkap Mailiswin yang cukup konsen menggali dan mencatat warisan nenek moyang yang ada di berbagai wilayah Inhu, hingga budaya Suku Talangmamak.

Lalu, muncul berbagai pertanyaan dan anggapan dari berbagai kalangan di Riau. Apa itu duta budaya? Apa tugasnya? Untuk apa? Dan seterusnya. Menanggapi itu, penyair abad 21 yang akrab disapa Atuk Yos mengilustrasikannya dengan keyakinan penuh. Menurutnya, orang-orang yang didaulat sebagai duta budaya itu tentu saja, mereka yang telah memberikan kontribusi pada Melayu, terutama Melayu Riau.

“Orang-orang inilah yang telah memberikan banyak informasi tentang tradisi di daerahnya masing-masing. Selain mereka memahami benar adat istiadat, tradisi, dan mampu menjelaskan secara baik itulah yang membuat kami terpanggil untuk menjadikan mereka informan penting pada kebudayaan Melayu di daerah masing-masing,” paparnya.

Dijelaskannya lebih jauh, tentu saja masih ada orang-orang lain yang juga bertungkuslumus dalam penggalian budaya dan tradisi di daerahnya. Namun tentulah tidak seluruhnya dijadikan duta atau perwakilan. Bisa dikatakan, mereka yang saat ini didaulat sebagai duta budaya itu, sebagai pintu gerbang memasuki lautan informasi di daerahnya masing-masing. Artinya, saat pihak luar memerlukan informasi di satu daerah, mereka bisa langsung diarahkan kepada sang duta. Nah, saat orang luar itu mengunjunginya, maka duta itulah yang menunjukkan kemana dan kepada siapa mereka harus mendapatkan informasi yang akurat tentang keinginan mereka.

“Mengapa rata-rata duta ini berusia lanjut? Karena mereka sudah menggeluti budaya dan tradisi cukup lama, bahkan sepanjang usia. Banyak umur, tentu banyak pula pengalaman dan luas wawasannya. Tapi percayalah, kami tidak pernah menepis keyakinan kami, bahwa saat ini telah banyak anak-anak berusia muda juga peduli pada tradisi dan budaya Melayu Riau. Mereka juga sumber mata air kebudayaan yang tak boleh dipandang sebelah mata,” ucap Atuk Yos panjang lebar.***     

Laporan FEDLI AZIS, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook