Selalu muncul dalam berbagai suasana, oleh siapa saja, anak-anak, pemuda hingga lelaki dewasa. Inilah keluhuran tanjak warisan negeri.
(RIAUPOS.CO) - NAMANYA tanjak. Ya, tanjak. Tanjak adalah salah satu aksesoris pakaian untuk lelaki di kalangan masyarakat Melayu. Tanjak digunakan pada bagian kepala sebagai simbol yang sudah diwariskan sejak turun temurun.
Adalah Syed M Syukri, anak muda Melayu yang tak pernah henti diam memasyarakat tanjak, bahkan berbagai warisan budaya Melayu lainnya. Ia menggelar berbagai kegiatan dalam banyak ruang dan luang.
Untuk menjalankan niatnya menjaga warisan budaya Melayu ini, Syukri dan rekan-rekannya mendirikan sebuah komunitas yang diberi nama Serai Serumpun. Awal berdiri komunitas ini 1 September 2019 dan berbadan hukum Desember 2020 dengan nama lengkap Serai Serumpun Riau.
Komunitas ini memiliki banyak anggota. Kata Syukri, siapa saja boleh jadi anggota asalkan ingin memajukan khasanah Melayu. Tak perduli tua, muda atau anak-anak sekalipun. Tak heran jika anggota Serai Serumpun saat ini terdiri dari beberapa komunitas seni, band, teater, tanjak, keris dan lain-lain.
‘’Silakan, siapa saja boleh jadi anggota asal tetap mendulukan khasanah Melayu, dan turut mengembalikan khasanah Melayu yang sudah lama hilang,’’ katanya.
Kegiatan Serai Serumpun yang sudah berjalan selama ini antara lain, membuat kegiatan tanah Melayu Bertanjak yang dilaksanakan setiap tanggal 16 September, menghadiri undangan ulang tahun kabupten/kota se-Riau seperti Selatpanjang dan Dumai.
Tahun 2020 lalu, Serai Serumpun memiliki satu tambahan kegiatan yaitu Sirih Balik ke Gagang. Kegiatan ini dilaksanakan bersama tokoh masyarakat, budayawan dan juga Gubernur Riau.
Disebutkan Syukri, dalam berbagai acara, kelompok ini selalu tampil mewah dan elegan dengan pakaian Melayu dan tanjak warna-warni. Katanya, hal itu harus dilakukan bahwa tanjak selalu ada di segala ruang dan waktu, bahwa warisan Melayu takkan pernah hilang.
Selain mengenakan tanjak, Serai Serumpun juga mempelajari dan membuat berbagai jenis tanjak, tapi hanya tanjak warisan, bukan tanjak biasa.
‘’Kami membuat tanjak juga, tapi hanya tanjak warisan saja, karena ada nilai yang harus kita jaga terus,’’ katanya lagi.
Tanjak warisan sambungnya, upaya pengembalian replika/duplikat getam sarang tebuan, yang mana getam ini dulu pernah dipakai oleh Sultan Syarif Kasim II. Tujuannya agar ke depan, getam ini tidak ditirilu pembuatan/bentuknya oleh orang lain seperti tanjak pada saat ini, banyak yang membuat dengan meniru tapi tak tau asal falsafahnya.
Dengan menggunakan tanjak, berarti para lelaki pasti mempunyai lambang kewibawaan di kalangan masyarakat Melayu. Semakin tinggi dan kompleks bentuknya akan menunjukkan semakin tinggi pula status sosialnya.
Jenis tanjak sangat banyak. Dalam berbagai referensi, paling tidak ada tiga macam penggunaan tanjak. Pertama, berdasarkan adat, yakni bisa dipakai sehari-hari di kehidupan masyarakat setempat. Kedua, adat istiadat yakni memiliki ketentuan yang lebih mengarah pada ketetapan yang disepakati secara bersama-sama dalam suatu majelis. Ketiga adab, yakni menjunjung tinggi nilai-nilai penggunaan tanjak.
Bahan yang digunakan untuk membuat tanjak yang pertama, harus terbuat dari bahan kain. Kedua, berasal dari kain segi empat, dilipat menjadi kain segi tiga. Tanjak juga memiliki tapak pada lipatan pertama, sedangkan lipatan kedua dan seterusnya bernama bengkong.
Bagian yang paling penting dalam tanjak adalah harus memiliki simpul. Simpul mempunyai makna khusus yakni ikatan pernikahan yang terbagi menjadi dua bagian dari kiri dan kanan, menandakan ikatan pernikahan antara ayah dengan ibu.
Nantinya, simpul pernikahan dapat menandakan asal usul dari mana sepasang suami-isteri itu berasal. Jika berasal dari Riau, Johor, Lingga dan Pahang maka akan menggunakan simpul ketupat palas.
Berbeda dengan yang berasal dari Makasar karena ada namanya simpul ketupat Makasar, dari Perak namanya simpul garam sebuku dan masih banyak lagi jenis simpul tanjak, yang terakhir tanjak memiliki karangan atau solekan dibahagian atas tanjak.
Jenis dan nama tanjak Melayu antara lain, Tanjak Dendam Tak Sudah. Jenis tanjak ini bermakna seseorang bekerja keras demi melindungi anaknya. Bentuk di atasnya tidak dijahit, melambai-lambai di balik bentuk tanjak ini memiliki makna kasih sayang.
Tanjak Elang Menyongsong Angin. Jenis tanjak ini memiliki makna kedudukan seorang raja yang menghadang musuh, melambangkan kebijaksanaan dan kecermatan. Bentuk di atasnya seperti elang yang sedang memainkan angin.
Tanjak Pial Ayam. Bentuk tanjak ini yang disederhanakan dari tanjak Elang Menyongsong Angin. Tanjak ini memiliki makna keberanian.
Tanjak Elang Patah Sayap. Jenis tanjak ini memiliki makna kesatria. Di bagian atasnya seperti kepak sayap elang yang patah akibat perkelahian. Maknanya memiliki sifat pemimpin seperti halnya seperti halnya elang yang harus terbang menyongsong badai.***
Laporan KUNNI MASROHANTI, Pekanbaru