Pelan-pelan, setelah meniupkan ayat kursi dan salawat taisir yang dibaca seribu kali ke air kembang, dia melangkahkan kaki kirinya terlebih dahulu melewati pintu dan berjalan lurus hingga batas pekarangannya. Di sana dia siramkan air kebang tersebut hingga mulut jalan setapak menuju jalan raya.
Di mulut jalan itu, dia percikkan sisa air kembang dengan jari-jari tangan kanannya setelah terebih dahulu membaca ayat kursi dan salawat taisir tiga kali lalu diakhiri dengan doa sapu jagad. Dia percikkan perlahan sambil lalu membayangkan anjing-anjing itu secara utuh. Percikan pertama hingga percikan-percikan berikutnya, dia membayangkan anjing-anjing itu menggelepar-gelepar kepanasan, menggongngong kesakitan, dan merintih pedih. Di percikan terkahir, dengan senyum semakin mengembang, dia membayangkan anjing-anjing itu mati dan menghilang sebagai bangkai. Pada titik itu, jam di masjid berdentang sebelas kali.
Dia segera membalikkan badan dan kembali masuk ke dalam kamarnya. Merebahkan tubuhnya di atas kasur dipan. Di sampingnya istrinya telah menunggu dengan senyum menawan. Dia membalikkan badan. Memeluk istrinya sebelum tiba-tiba lampu kamarnya padam.
Gapura, Maret 2018