Keesokan harinya, para pelajar diajak belajar di tepi Sungai Subayang, salah satu sungai besar dan ternama di Rantau Kamparkiri. Bersama AL Rakhim Sekha dan Kunni Masrohanti, para pelajar diajarkan bagaimana menjadi pembaca puisi yang mampu menguasai panggung dan pembaca puisi yang baik tentunya. Proses ini diawali dengan olah tubuh, olah rasa dan olah vokal sampai praktek membaca puisi. Kegiatan diakhir dengan menulis dan mengumpulkan puisi yang sudah mulai mereka tulis sejak malam sebelumnya. Pelajar yang belum mengumpulkan karya puisi diberi kesempatan selama sepekan dan wajib mengumpulkan karya puisi tersebut.
Rangkaian Hari Puisi
Bengkel Puisi ini merupakan salah satu kegiatan perayaan Hari Puisi Indoenesia (HPI) yang setiap tahun dilaksanakan Rumah Sunting. Puncak perayaan tahun ini tanggal 3-5 Agustus. Salah satu kegiatannya nanti adalah peluncuran buku puisi, salah satunya puisi yang ditulis para penyair yang selama ini mengikuti program Kenduri Puisi yang dilaksanakan Rumah Sunting dua bulan sekali, serta puisi-puisi hasil karya pelajar yang mengikuti Bengkel Puisi.
‘’Salah satu lokasi HPI nanti di Kamparkiri, makanya Bengkel Puisi ini kita arahkan ke sini juga. Tema HPI tahun ini Puisi Merawat Tradisi. Makanya Bengkel Puisi ini kita laksanakan di lapangan terbuka seperti halaman rumah tua yang masih banyak ditemukan di Padang Sawah. Begitu juga dengan prosesi Semah Kampung yang langsung disaksikan peserta. Semua kita arahkan kepada tradisi atau kearifan lokal yang berperan penting memperkuat karakter anak bangsa. Tradisi mengajarkan persahabatan, kerukunan dan kedamaian bukan arogan atau kekerasan. Kami berharap para pelajar faham tentang tradisi leluhur yang mereka miliki dan mewariskan kembali kepada generasi berikutnya melalui puisi-puisi yang mereka ciptakan. Inilah peran puisi,’’ beber Kunni.
Lagi-lagi kegiatan ini menarik perhatian Kepala Desa Padang Sawah, Ali Lubis dan juga mendapat dukungan dari Kepala Desa Sungai Liti, Zulfan Taufik yang selelu menyebutkan, bahwa, Padang Sawah dan Sungai Liti adalah satu. Hanya terpisah secara administrasi. Pemuda mereka satu, ninik mamak juga satu. . Pak Wali Padang Sawah (sebutan untuk kades di Kamparkiri, red) pula sangat tunak mendampingi dan sering mengikuti rangkaian demi rangkaian kegiatan dalam Bengkel Puisi. Pak Wali Sungai Liti pula, selalu asyik diajak berdiskusi.
‘’Ini kegiatan positif, harus kita dukung. Anak-anak muda sekarang mainannya tidak macam kita dulu. Daripada mereka bermain ke arah yang negatif, bagus lagi berkarya, termasuk mengarang puisi. Apalagi ini pendekatannya budaya dan kearifan lokal. Atas nama pemerintahan desa, kami sangat berterimakasih dan mendukung bahkan siap menjadi tuan rumah hari puisi nanti,’’ kata Pak Wali lagi.***