Banyak jalan mewariskan tradisi dan kearifan lokal kepada anak cucu. Salah satunya melalui karya puisi. Bagaimana bisa? Inilah salah satu caranya.
--------------------------------------------------------------------------
(RIAUPOS.CO) - PULUHAN pelajar ikut masuk ke dalam hutan terdekat di Desa Padang Sawah, Kecamatan Kamparkiri. Mereka adalah pelajar SMA Gema, SMA Kuntu dan MAN Kuntu. Ketiga sekolah ini berada di desa yang dilintasi arus Sungai Subayang. Dengan dipimpin salah seorang ninik mamak, Darnius bergelar Datuk Sotieh, mereka mendengar dan melihat secara langsung prosesi semah kampung (hutan) yang dilakukan menjelang puasa, Kamis (10/5).
Keikutsertaan pelajar dalam prosesi ini merupakan bagian dari belajar dan mendalami puisi yang dikemas dalam Bengkel Puisi oleh Komunitas Seni Rumah Sunting (KSRS) Pekanbaru. Dengan melihat dan mendengar langsung, diharapkan akan terekam jelas di benak pelajar tentang kekayaan tradisi yang masih ada di sekitar mereka dan bisa menuliskannya dalam bait-bait puisi.
‘’Semah Rantau yang kita lihat bersama adalah proses membayar nazar yang dilakukan datuk kalian semua, sejak dulu sampai sekarang karena kampung mereka sudah aman. Prosesi di darat menggambarkan kampung ini aman dari serangan binatang buas di hutan atau di darat. Sedangkan prosesi di sungai, karena kampung ini atau masyarakatnya tidak ada yang mengalami kecelakaan atau diserang binatang buas di sungai. Nazar, begitulah nazar yang harus dipenuhi. Ini adat tradisi yang dilakukan setiap tahun di kampung kita, menggambarkan hubungan sejati antara manusia dengan alam semesta,’’ jelas Datuk Sotieh sepulang melihat prosesi di depan para pelajar dan Kepala Desa Padang Sawah, Ali Lubis yang juga hadir saat pembukaan Bengkel Seni tersebut.
Usai mengikuti prosesi semah kampung siang itu, peserta dan segenap narasumber yang hadir serta tamu undangan dari Pekanbaru seperti Bambang Kariyawan, Asqalani Eneste, Muhammad De Putra dan DM Ningsih, Al Idrus atau yang dikenal dengan Al Rakhim Sekha, Gedoy vokalis Musikalisasi Gendul, diajak makan bajambau. Di los pasar Desa Padang Sawah, bersama warga kampung, mereka menikmati rendang atau gulai kerbau yang telah disembelih untuk semah kampung tadi. Disebutkan Kunni Masrohanti, pimpinan Rumah Sunting, ini juga merupakan bagian dari memahami sebuah tradisi secara utuh untuk nantinya bisa dituliskan dalam bait-bait puisi.