Sekretaris Bengkel Puisi, Kasmono, yang juga pemuda asli Padang Sawah sekaligus pimpinan Papala Padang Sawah, mengatakan, Bengkel Puisi sengaja hadir agar puisi sebagai jalan penyampai pesan bisa lebih dekat dengan masyarakat, khususnya generasi muda.
Senang bisa bergabung di kepanitiaan Bengkel Puisi yang dilaksanakan Rumah Sunting, apalagi di kampung saya sendiri. Kalau sama Rumah Sunting, saya selaku Ketua Papala Padang Sawah dan juga aktif di Bengkel Seni Rantau Kamparkiri, sudah sering berkegiatan bersama. Makanya, ketika pimpinan Rumah Sunting, Kunni Masrohanti menyebut Bengkel Puisi akan dilaksanakan di Padang Sawah, saya langsung setuju. Ini kegiatan positif dengan tema yang menarik. Saatnya mengajarkan pentingnya bagaimana menjaga kampung dan tradisi melalui puisi, kata Kasmono yang baru pulang dari membacakan puisi di Malaysia bersama Panggung Toktan.
Halaman Rumah Tua dan Tepi Sungai
Selama dua hari penuh anak-anak mempelajari puisi. Mulai mengenali arti dasar puisi, perkembangan sastra dan puisi Indonesia, serta menyebut dan mengenal nama-nama penyair Riau mau pun Indonesia. Mereka juga diajarkan dan dimotivasi sedemikian rupa agar betah, tunak dan terus bersemangat menulis puisi. Tentu saja mereka diberitahu bagaimana bisa menjadi pembaca puisi yang mampu menguasai panggung, menarik perhatian orang yang melihat atau diajarkan bagaimana menjadi pembaca puisi yang baik.
Alam Desa Padang Sawah dengan segala kekayaan dan tradisi yang ada, tidak dibiarkan begitu saja. Panitia telah memilih beberapa lokasi belajar yang tidak biasa digunakan para pelajar. Di antaraya di halaman rumah adat atau rumah tua yang sudah berusia lebih 70 tahun dan di tepi Sungai Subayang. Cukup duduk di atas rumput hijau yang tebal dan rapi yang ada di dua lokasi inilah mereka mendalami puisi.
"Desa Padang Sawah ini luar biasa. Saya mengikuti dari awal, dari prosesi Semah Kampung hingga duduk bersama anak-anak di atas rumput di halaman rumah tua, dan kami membicarakan puisi. Ini sangat menarik. Cara belajar yang santai, tapi tepat sasaran. Untuk puisi, cara ini sangat tepat. Semua yang ada di sekitar tempat duduk, baik rumah tua, sungai dan prosesi Semah Kampung itulah, yang coba kita dekatkan kepada pelajar dan menuliskannya dalam puisi. Semua itu warisan. Peninggalan nenek moyang. Anak-anak muda banyak yang tidak perduli. Mereka mungkin ada yang tahu, tapi saya yakin banyak yang tidak perduli. Kalau sekarang mereka tidak tahu, bagaimana dengan generasi berikutnya. Puisilah jalannya. Kalau semua itu ditulis dalam puisi dan puisi itu masih dibaca, berarti ada cara pewarisan yang dilakukan melalui karya puisi, ujar sastrawan Riau, Bambang Kariyawan.
Di halaman rumah tua inilah, Asqalani Eneste, pimpinan Community Pena Terbang (Competer) yang telah melahirkan 9 buku puisi dan melahirkan banyak penyair muda berbagi semangat dan cara menulis puisi yang mudah dan cepat. Tulis apa yang kamu rasa. Tulis dan tulis. Ditambah baca buku-buku karya orang lain agar wawasan bertambah pula. Lalu tulis lagi. Itu saja sudah modal paling besar yang kamu miliki, kata Asqalani.
Muhammad De Putra, pelajar kelas X SMAN 1 Pekanbaru, salah satu murid Asqalani, peraih anugerah kebudayaan dari Kemendikbud dan juara FLS2N tingkat nasional tahun 2016, juga turut menyampaikan motivasi dan semangat kepada rekan-rekannya. Ia juga membacakan puisi. Tentu saja ia juga menyampaikan program-program penting balajar puisi dan seni di tingkat nasional yang dilaksanakan setiap tahun seperti Belajar Bersama Maestro (BBM), Akademi Remaja Kreatif Indonesia (ARKI) dan beberapa lainnya.
"Siapapun boleh mengikuti program-program seperti BBM dan ARKI atau lainnya. Siapapun boleh menjadi juara di tingkat nasional, termasuk kita yang tinggal di kampung pedalaman. Saya juga dari kampung, Siak Hulu. Teman-teman pasti bisa, yang penting ada kemauan, kata Tata.