CERPEN ZUARMAN AHMAD

Menjejak Langit

Seni Budaya | Minggu, 07 Februari 2016 - 01:23 WIB

“Kamu telah mengenal dirimu,” kata penguasa alam Menjejak Langit itu. “Sekarang kamu boleh kembali ke tempat asalmu,” sambung suara tanpa rupa itu.

“Terimakasih, Tuanku telah berkenan membawa diriku ke sini.”

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Aku keluar dari istana alam Menjejak Langit, diiringi oleh tujuh orang perempuan muda yang cantiknya tidak dapat diucapkan dengan kata-kata. Sampai di luar istana aku dibawa kembali oleh dua orang perempuan yang cantiknya tiada terkira dan dua orang lelaki sangat tampan sampai ke tempat lift hotel tempat ku menginap yang masih berada di tempat aku keluar tadi. Sebelum masuk ke dalam lift, aku tak lupa memasukkan ke dalam saku celanaku sebuah batu berukuran kecil yang aku pungut tanpa setahu keempat orang yang mengantarkan aku kembali ke depan lift.

Aku masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka tujuh lantai hotel tempat aku dan kawan-kawan menginap. Terlihat angka tujuh menyala berwarna merah di dinding lift. Beberapa saat kemudian lift berhenti dan pintunya terbuka. Aku keluar dari lift, dan kulihat aku memang telah berada di lantai tujuh tempat aku menginap. Aku menuju ke kamar tempat kawan-kawanku telah dari tadi istirahat setelah aku tertinggal di dalam lift. Sampai di dalam kamar, kawan-kawan musisi terlihat tidur dengan pulas.

Ketika mereka bangun, aku menceritakan kejadian tentang diriku. Dan, mereka semuanya tertawa terbahak-bahak, gelak merahai, terkial-kial, kelihatannya mereka menyangka aku berbohong dan mengarang-ngarang cerita.

“Kata Bapak tadi ketika di dalam lift, terdesak mau kencing. Jadi, kami menyangka Bapak pergi kencing ke WC lantai tujuh ni,” kata Ifen Piul yang memanggilku dengan sebutan Bapak, karena kawan-kawan musisi dalam rombongan yang dibawa Tuan Haji Khalid untuk rekaman Album Melayu Asli di UPSI Tanjungmalim merupakan mahasiswaku semasa masih belajar.

“Kalau kalian tidak percaya, ini Aku membawa sebuah batu dari alam Menjejak Langit itu,” kataku tidak mau dikatakan berbohong.

“Itu mungkin batu yang keluar dari kencing Bapak tadi,” kata Sukron tiba-tiba.

“Berarti Bapak dah sehat dari penyakit kencing batu,” kata Eman dan Budi sembari tertawa terkial-kial.

Aku pun ikut tertawa, gelak merahai, terkial-kial ... ***

Zuarman Ahmad, pemusik, komposer, arranger, pensyarah/pengajar musik Akademi Kesenian melayu Riau (AKMR), penulis cerita-pendek, redaktur Majalah Budaya Sagang, penerima Anugerah Seniman Pemangku Tradisi Prestasi Seni/Musik 2005, Penerima Anugerah Sagang 2009.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook