PASIRPENGARAIAN (RIAUPOS.CO)- Tim Balai Veteriner Bukit Tinggi, Selasa (8/11) petang, mengunjungi salah satu lokasi ternak kerbau milik petani Desa Menaming Kecamatan Rambah, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) yang terserang penyakit ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE).
Turunnya lima orang Tim Balai Veteriner Bukittinggi yang diketuai drh Helmi ke Kabupaten Rohul itu, untuk melakukan investigasi, sehubungan adanya 156 ternak kerbau milik petani yang terserang penyakit ngorok di tiga desa yakni Desa Tanjung Belit, Desa Menaming, Kecamatan Rambah dan Desa Bangun Purba Timur Jaya (BPTJ) Kecamatan Bangun Purba.
Dari jumlah ratusan ternak kerbau milik petani yang terserang penyakit ngorok, diketahui ternak yang terserang penyakit SE itu mengalami mati mendadak dan sebagian dipotong paksa oleh petani.
Ketua Tim Balai Veteriner Bukittinggi drh Helmi menyebutkan, kunjungannya untuk melakukan investigasi dan melihat secara langsung kondisi fisik ternak kerbau milik petani yang terserang penyakit SE.
Mereka melihat penanganan ternak kerbau yang mengalami penyakit ngorok oleh Tim Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perkebunan Rohul. Selain memberikan edukasi kepada petani dalam penanganan penyakit ngorok terhadap kerbau.
Terutama bagi ternak kerbau yang secara klinis mengalami penyakit ngorok untuk segera melaporkan cepat kepada petugas kesehatan hewan Disnakbun Rohul. Disamping dilakukan pengobatan, lanjutnya, hewan yang terserang penyakit ngorok di isolasi ketempat yang jauh dari ternak kerbau lainnya.
"Tim Balai Veteriner Bukit Tinggi di lapangan melakukan pengobatan langsung terhadap ternak kerbau milik petani di Desa Menaming yang terserang penyakit SE, dengan melakukan penyuntikan antibiotik dan vitamin," ungkap Kadisnakbun Rohul Ch Agung Nugroho STP MM melalui Kabid Peternakan dan kesehatan Hewan Disnakbun Rohul Doni, Selasa (8/11).
Menurutnya, ternak kerbau yang terserang penyakit Ngorok di Desa Menaming yang sehari sebelumnya berjumlah 11 ekor, telah bertambah menjadi 20 ekor hingga Selasa (8/11) petang. Dari jumlah tersebut, 11 ekor kerbau sedang dalam pengobatan, sedangkan 9 ekor kerbau lagi telah dipotong paksa oleh petani untuk menghindari kerugian.
Dengan adanya penambahan 9 ekor ternak kerbau di Desa Menaming terserang penyakit ngorok, maka jumlah ternak kerbau di Kabupaten Rohul yang terserang penyakit ngorok maupun mati mendadak serta potong paksa totalnya berjumlah 165 ekor.
Diakuinya , ternak kerbau yang terserang penyakit ngorok sebelumnya berada dua desa di dua kecamatan yakni Desa BPTJ dan Desa Tanjung Belit. Namun sejak Ahad, (6/11), Disnakbun Rohul mendapat laporan dari kelompok tani di Desa Menaming, Kecamatan Rambah sudah ada 11 ekor kerbau petani terserang penyakit ngorok hingga Senin (7/11) petang.
Kemudian pada Selasa (8/11) bertambah 9 ekor kerbau petani Desa Menaming terserang penyakit ngorok.
Doni menjelaskan, Disnakbun Rohul menemukan adanya penyakit SE pada ternak kerbau petani, pada 10 Oktober lalu, berdasarkan laporan dari peternak Desa Tanjung Belit, Kecamatan Rambah.
Berdasarkan data terakhir, ternak kerbau yang terserang penyakit ngorok sebanyak 59 ekor, dengan rincian 21 ekor mati mendadak serta 38 ekor potong paksa di Desa Tanjung Belit. Kemudian ternak kerbau mati mendadak dan dipotong paksa milik kelompok tani di Desa BPTJ Kecamatan Purba hingga Senin (7/11) berjumlah 86 ekor, tanpa merincikan ternak yang mati dan dipotong paksa.
"Hingga Selasa (8/11), jumlah ternak kerbau milik petani Desa Menaming Kecamatan Rambah terserang penyakit ngorok berdasarkan data yang diterima dari petani menjadi 20 ekor, ditambah 59 ekor di Desa Tanjung Belit dan 86 ekor di Desa BPTJ, sehingga total sebanyak 165 ekor kerbau yang terserang penyakit SE,” tuturnya.(epp)