Jamaah dan warga desa kompak sampai rela menimbun tebing untuk areal parkir mengantisipasi membludaknya umat. Persiapan akomodasi tidak kalah heroiknya panitia khusus menyiapkan gudang di sebelah Masjid. Semua bahan pangan dan alat pecah belah untuk makan minum hingga peralatan memasak sudah komplit. Tak ketinggalan seragam baju panitia sudah dipilih spesial.
Kegiatan Salat Subuh berjamaah sudah menjadi agenda rutin di MRJ sejak 2 tahun yang lalu. Ustaz TGB, Ustaz Aher dan deretan nama ustaz-ustaz kondang lainnya sudah sering didatangkan. Tidak kurang 5 ribuan umat muslim saat TGB dan Aher Salat Sdi MRJ. Puncaknya harapan dan kebahagian jamaah menjadi lengkap tatkala dapat peluang untuk menghadirkan ustaz pujaan hati umat UAS.
Sayang seribu kali sayang, rencana itu gagal total. Pupus sudah harapan yang dimimpikan. Keinginan bertemu pendakwah asal Bumi Lancang Kuning Melayu Riau yang dikenal tegas tetapi selalu membawa solusi sehingga menjadi penyejuk hati umat itu sirna. Dinamika pemikiran umat yang berbeda-beda membuyarkan jadwal yang telah disusun sejak lima bulan sampai setahun yang lalu.
Penantian panjang umat muslim di Boyolali batal akibat bercampur aduknya antara paham agama dan naiknya suhu politik. Sebuah video dan keterangan dari Ustaz Abdul Somad menjadi penenteram kekecewaan sementara.
Melalui sepenggal video dan keterangan UAS menyampaikan permohonan maaf atas situasi seraya berharap untuk dimaklumi dan mohon didoakan selalu. Disampaikan oleh UAS di sana ada ancaman dan intimidasi terkait rencana dakwahnya. “Beberapa ancaman, intimidasi, pembatalan, dan lain-lain terhadap taushiyah di beberapa daerah seperti di Grobogan, Kudus, Jepara dan Semarang.
Beban panitia yang semakin berat. Kondisi psikologi jamaah dan saya sendiri” itulah seuntai kata sang Dai mengabarkan kepada kalayak ramai. Adapun sejumlah tempat yang batal itu di antaranya di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jogjakarta; September di Malang, Solo, Boyolali, Jombang, Kediri. Bulan Oktober di Jogjakarta dan bulan Desember pertemuan dengan Ustaz Zulfikar di daerah Jawa Timur.
Kegagalan UAS ke Ngreni begitu membekas pada pengurus masjid dan umat muslim. Sambil menunggu situasi yang kondusif mereka masih bersemangat menunggu kedatangan UAS. Tidak sekarangpun jamaah tetap merindukan serta tetap menanti siraman ruhani UAS meskipun sampai lepas Pemilu Presiden.
Batalnya pengajian UAS juga membuat kesedihan umat muslim di Semarang. Ketua masjid dan panitia pun menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat. Sedianya UAS akan mengisi ceramah di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), masjid terbesar di Jawa Tengah.
Rentetan peristiwa dai fenomenal asal Riau UAS setidaknya sudah mendapat 2 kali perlakuan tak menyenangkan di 2 daerah berbeda. Pertama, dipersekusi di Bali, Indonesia pada Desember 2017 saat hendak ceramah terkait dengan Maulid Nabi Muhammad SAW. Kedua, ditolak masuk ke Hongkong, Republik Rakyat Cina (RRC) saat hendak ceramah di hadapan tenaga kerja wanita asal Indonesia pada akhir Desember 2017.
Di Bali Ustadz Abdul Somad ditolak ceramah karena dituding bisa memecah belah persatuan hingga ajaran radikal, dan nyatanya terbantahkan. Peristiwa ketiga pembatalan tausyiah di pulau Jawa, tanah yang kita kenal sebagai tempat dawah syiar Islam para wali songo (sembilan). Alasannya bukan ajaran radikal tetapi lebih pada kekawatiran adanya simbol- simbol HTI.
Ditolak di Hongkong rasanya memang menyakitkan tapi sebagian masih memaklumi kerena beda negara dan ideologi. Tetapi ditolak dan diancam di negeri sendiri itu yang rentan membuat murka antar saudara.
Apalagi perlakuan yang lebih menyakitkan dari pada seteru dengan saudara sendiri? Saudara sebangsa, bahkan seiman. Semoga tidak ada lagi penolakan terhadap Ustaz Abdul Somad karena hanya akan mendatangkan kekecewaan yang bisa memantik “berangnya” jutaan umat muslim Indonesia.***