(RIAUPOS.CO) -- BEBERAPA ruas jalan, seperti Jalan Jenderal Sudirman, Arifin Ahmad hingga HR Soebrantas terlihat para pedagang musiman telah berjejeran berjualan berbagai jenis bendera hingga umbul-umbul di trotoar jalan.
Seorang pedagang bendera Epi (37), mengaku ia biasanya berdagang minuman sambil berkeliling bersama suami. Namun sudah dua pekan terakhir, ia ‘’banting stir’’ menjadi pedagang bendera musiman.
Dengan ditemani tiga putra putrinya, Epi dengan telaten meladeni pembeli memilih bendera yang ingin dibeli. Harga yang ditawarkan pun bervariasi. Mulai dari Rp10 ribu untuk bendera kecil, Rp20 hingga Rp25 ribu untuk bendera rumah serta bendera kantor Rp35 ribu rupiah.
“Ada macam-macam jenisnya. Ada umbul-umbul ada pula yang bendera untuk gedung bisa sampai 50 meter,” kata Epi kepada Riau Pos.
Selama sepuluh tahun ia telah menggeluti usaha seperti ini. Bisa dikatakan, keluarganya memiliki usaha konveksi bendera, maka setiap tahun ia selalu mengambil barang dari usaha keluarga tersebut untuk diperjualbelikan.
“Gantian bersama suami jualannya. Malam suami jaga, repot juga kalau harus bongkar,” sambungnya.
Perolehannya sendiri, ia mengutaran itu semua tergantung dengan kemampuan daya beli pembeli sendiri. Biasanya, pembeli tidak akan membeli lagi, apabila telah membeli di tahun sebelumnya.
Meski tak menyebutkan secara pasti. Namun, Epi menyebutkan dirinya bisa mendapat keuntungan sebesar Rp2.000 dari menjual satu lembar bendera. “Yang penting berputar terus. Makanya, dengan bertepatan Hari Raya Iduladha ini, semoga banyak orang yang membeli bendera maupun umbul-umbul untuk masjid atau musala,” harapnya.
Ia yang telah buka sejak dua hari yang lalu mengatakan, pembelian bendera masih terbilang sedikit. Baru akan mulai ramai itu menjelang 5 Agustus ke atas dan pembeli tidak hanya sekitaran Pekanbaru saja, melainkan dari luar daerah juga.
“Kadang dari luar kota seperti Bengkalis cari di sini. Katanya di sana mahal, beli di sini lebih murah. Paling laris itu bendera rumah, karena memang diwajibkan pakai. Kalau umbul-umbul sedikit beli masyarakat, satu dua saja, kecuali kantor paling sedikit 20 buah belinya,” rincinya.
Tak melulu soal mendapat untung. Ia mengaku baru saja dirinya mendapat peninjauan dari anggota Satpol PP untuk memberitahu dirinya agar berjualan sesuai aturan.
“Jarak antara trotoar dengan jualan harus berapa jaraknya, tidak boleh pajang di pohon. Kami ikuti saja aturannya, asal tetap bisa mencari uang di sini. Disuruh mundur ya mundur,” sahutnya.
Jika tidak habis dagangan hingga 17 Agustus nanti, lanjut Epi, maka barang yang telah diambilnya akan dikembalikan ke rumah konveksi. “Harus tanggung jawab. Kalau kotor dicuci lagi. Barang yang tidak habis, dikembalikan lagi,” pungkasnya.
Penjualan Menurun Sedangkan, pedagang bendera di Jalan Riau, Leni mengungkapkan, ia selalu berjualan bendera setiap menjelang agustusan. “Ini jualannya setahun sekali, musiman. Makanya mulainya tanggal 25 Juli lalu,” katanya.
Kendati demikian, Leni menuturkan, penjualan bendera semakin berkurang setiap tahunnya. Pada 2017, Leni mengaku bisa menjual bendera Merah Putih yang biasa dipasang di depan rumah-rumah warga sebanyak 12 kodi. Tetapi pada tahun 2018 penjualannya tidak mencapai angka tersebut. Leni juga memprediksi tahun ini juga akan terjadi penurunan lagi.
“Kayaknya bakal turun lagi tahun ini. Dulu mau masuk Agustus sudah banyak yang terjual. Sekarang masih sepi,” tutur Leni.
Leni menjual bendera dan umbul-umbul tersebut dengan harga bervariasi. Mulai dari Rp5 ribu hingga Rp450 ribu. Tergantung dari ukuran dan jenis bendera mau pun umbul-umbul.
“Yang paling murah itu bendera buat di motor Rp5.000. Yang bulat-bulat sampai 10 meter itu Rp450 ribu,” jelas Leni.
Leni menambahkan, biasanya jumlah pembeli akan semakin meningkat ketika memasuki H-7 sebelum hari kemerdekaan. “Bendera Merah Putih untuk di rumah itu yang banyak dicari,” pungkas Leni.(*1/*2)
Laporan MARRIO KISAZ, Kota