PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Tensi politik kian hari kian meningkat. Hal itu dirasa menjadi cikal perpecahan antar masyarakat. Padahal seharusnya, Pemilu 2019 menjadi ajang pemersatu. Karena siapa pun yang akan menang dalam pesta demokrasi tersebut, masyarakat akan rugi bila sudah terpecah belah.
Sebaliknya, bila tetap bersatu maka yang diuntungkan adalah masyarakat. Hal itu disampaikan Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Prof Dr Mohammad Mahfud MD saat menjadi pembicara dalam sarasehan kebangsaan di Hotel Aryaduta, Pekanbaru, Sabtu (30/3).
Hadir dalam kesempatan itu beberapa pembicara tingkat nasional. Seperti Wakil Ketua KPK Laode M Syarif beserta beberapa narasumber lokal. Yakni Prof Dr Alaidin Koto MA, Prof Dr Ellydar Chaidir, Prof Dr H Akhmad Mujahidin SAG MAG serta Dr Siti Ruhaini Dzuhayatin MA.
Selain itu, hadir juga sebagai undangan beberapa tokoh akademisi, tokoh budaya, tokoh pemuda hingga paguyuban di Provinsi Riau. Dalam sambutannya, Prof Mahfud menilai para peserta pemilu sudah tidak sopan lagi dalam mencari kemenangan.
Seperti dengan membuat fitnah, hoaks, menyebar teror secara ideologi. Hal itulah yang membuat masyarakat saling terprovokasi dan rentan terpecah. Kata dia, masyarakat Indonesia membutuhkan wawasan kebangsaan yang majemuk. Dengan mengedepankan unsur keseimbangan. Tujuannya untuk menangkal paradoks dari kemajemukan yaitu primordialisme, etnosentrisme, sekterianisme, stereotipisme dan potensi konflik sosial.
“Saya bersama Alissa Wahid, Benny Susetyo, Ajar Budi Kuncoro, Imam Marsudi dan Dr Siti Ruhaini Dzuhayatin mulai menggagas Suluh Kebangsaan ini. Gagasan ini mendapatkan dukungan yang sangat besar dari para tokoh. Hal itulah yang membuat saya serta beberapa tokoh lainnya bergerak keliling Indonesia,” ujarnya.(nda)