Akhirnya sembilan kecamatan di Kampar menjadi korban terjangan banjir. Ribuan kepala keluarga menderita kerugian. Keramba-keramba berisi ikan senilai miliaran juga ikut hanyut.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Kampar Ir Usman Amin mengatakan bahwa begitu mengetahui ada kerambah masyarakat yang hanyut. Pada Sabtu malam (16/1) yang lalu, tim Diskan Kampar sudah turun ke lokasi banjir untuk melakukan pendataan. Kerugian petani kerambah di Kecamatan Kampar muncul dengan bermacam kondisi, ada yang kerambah hanyut beserta ikannya, ada juga kerambah yang pecah dan hanya tinggal puing-puing karena ikan seluruhnya sudah tumpah ke dalam Sungai Kampar. Sementara itu, di beberapa tempat, diantaranya di Kecamatan Kuok, para petani ikan kolam juga mengalami banyak kerugian, karena air Sungai Kampar juga menggenangi kolam ikan masyarakat sehingga air kolam meluap dan ikan pun keluar dari kolam. “Bermacam-macam keadaannnya, tetapi secara umum dapat kami sampaikan bahwa kerugian para petani ikan akibat banjir di awal tahun 2016 ini mencapai lebih kurang Rp5,7 Miliar,’’ungkapnya.
Hasil pendataan tersebut sudah dilaporkan oleh Usman kepada Bupati Kampar, dan juga disampaikan ke Pemerintah Pusat. Data yang dikumpulkan oleh Diskan Kampar tidak hanya jumlah kerugian saja, tetapi juga dalam bentuk dokumentasi foto kerambah yang hanyut serta video ketika kerambah terbawa arus Sungai Kampar. Demikian juga foto-foto kolam ikan yang ikut meluap.
Banjir yang terjadi akibat luapan Sungai Kampar pada Sabtu (16/1) yang lalu tidak hanya merusak perekonomian masyarakat, terutama petani ikan. Namun banjir juga menimbulkan dampak yang memperihatinkan karena 33 sekolah mengalami kerusakan sarana prasarana, dan menganggu proses belajar mengajar di 66 sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) Kabupaten Kampar H Nasrul MPd didampingi Kasubbag Monitoring Evaluasi Dinas P dan K Kabupaten Kampar Yonimisra MSi ketika dikonfirmasikan, Rabu (20/1) mengatakan bahwa data tentang potensi sekolah yang mengalami kerusakan prasarana dan gangguan proses belajar mengajar tersebut merupakan hasil rekapitulasi mulai Sabtu (16/1) hingga Senin (18/1).
Data yang telah direkapitulasi tersebut belum termasuk beberapa desa yang hingga kemarin masih terkena banjir. “Kemungkinan data tersebut masih akan ada perubahan, karena di beberapa desa yang kini masih banjir, laporan tentang kerusakan sarana prasarana masih diinventarisir,’’ucapnya.
Sejarah pembangunan PLTA Kot Panjang dimulai dengan tahapan, Survei Pendahuluan (Reconnissance Survey) tahun 1979. Lalu, pra Study Kelayakan (Pre Peasibility Study) tahun 1980. Study Kelayakan (Peasibility Study) Tahun 1982 – 1984 oleh JICA (Japan International Cooperation Agency). Kemudian, perencanaan Detil (Detail Engineering Design). Tahun 1987 – 1988 oleh TEPSO bekerja sama dengan konsultan nasional PT. Yodya Karya, Jakarta.
Beikurnya, Pra Kontruksi (Pre Construction Engineering). Tahun 1989 oleh TEPSO bekerja sama dengan konsultan nasional PT. Yodya Karya. Jakarta. Pekerjaan sipil utama yaitu LOT 1 dimulai sejak tanggal 16 Oktober 1992 dan selesai pada tanggal 15 Desember 1997. Unit I dengan kapasitas 38 MW beroperasi untuk membangkitkan tenaga listrik pada bulan Agustus 1997, selanjutnya Unit 2 bulan Oktober 1997 dan Unit 3 bulan September 1997.(hpz)