Dalam memanfaatkan hasil laut tersebut masyarakat nelayan di Selancap turun ke laut rata-rata dua kali dalam sehari. Pertama pagi hari sekitar pukul 10.00 WIB sampai 15.00 WIB. Kemudian pukul 22.00 WIB-23.00 WIB.
Namun aktivitas ke laut untuk menangkap udang dan ikan-ikan kecil dengan alat tangkap gumbang dilakukan Maret-Oktober saja atau delapan bulan. Sementara sisanya yakni November-Februari tidak melaut. “Sebab selama empat bulan itu arus gelombang kuat dan berbahaya jika melaut,” ucap Rahmad lagi.
Oleh sebab itu ayah dua anak ini mengaku selama empat bulan tidak melaut akan melakukan pekerjaan apa saja. Mulai dari menjadi buruh angkut, buruh bangunan dan apapun pekerjaan yang tersedia di desanya tersebut. “Pada saat itu kami lebih sering mengandalkan tabungan dari mencari selama 8 bulan. Makanya selama melaut kami akan berupaya maksimal sehingga tabungan bisa banyak,” ujarnya. Karena menurutnya kerja dengan memanfaatkan potensi dilaut harus bisa menyesuaikan diri. Sehingga bisa maksimal. “Keje di laut ni air yang ngatow (ngatur) kite, bukan kite yang ngatow air,” ucapnya berlogat Melayu khas Kepulauan Meranti.***