MELIHAT KEHIDUPAN NELAYAN GUMBANG DI SELACAP

Melaut 10 Bulan, 4 Bulan Andalkan Tabungan

Riau | Senin, 07 Desember 2015 - 07:41 WIB

Melaut 10 Bulan, 4 Bulan Andalkan Tabungan
Nelayan di Selancap memasak udang sebelum dijemur. Foto : Ahmad Yuliar/Riau Pos

Kepulauan Meranti sebagai wilayah berpulau dimanfaatkan sebagian masyarakatnya untuk memanfaatkan hasil laut. Namun bekerja di laut bukan sesuai dengan keinginan para nelayan, tetapi para nelayanlah yang menyesuaikan diri dengan kondisi alam laut. Bagaimana kehidupan mereka?

RIAUPOS.CO - PONDOK-pondok yang terbuat dari kayu berjejeran di tepi pantai Selancap, Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Pulau Merbau. Setidaknya ada sebanyak 30 pondok yang posisinya tidak bersusun rapi.

Pondok tersebut merupakan tempat bekerja para nelayan dalam memilah hasil tangkapan, memasak hasil tangkapan dan menjemurnya. Tempat tersebut sekaligus sebagai tempat beristirahat bagi nelayan gumbang di Selancap tersebut.    

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Di salah satu pondok, pada beberapa waktu lalu, sekitar pukul 10.07 WIB, Zainah (44) sedang asyik dalam kesibukannya memilah-milah antara udang, ikan lomek, ikan gonjeng dan ikan lainnya yang berhasil terjerat di dalam gumbang, sebuah alat tangkap untuk udang dan ikan kecil. Ditemani sang suami Rahmad (42) yang sedang beristirahat setelah mengangkat hasil gumbang.

Target utama mereka dalam menangkap hasil laut dengan gumbang tersebut adalah tentu saja udang. Udang tersebut nantinya akan dimasak, lalu dikeringkan. Sementara ikan lainnya akan dijual. Untuk ikan jenis campur para nelayan menjualnya Rp15 ribu per kilogram. Sementara ikan gonjeng dijual Rp15 ribu per kg. hasil penjualan ikan inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk perluan hidup sehari-hari. “Tak tentu kita dapatnya. Bisa banyak, bisa sedikit,” kata Zainah.

Sementara udang yang didapat akan diasingkan. Lalu dimasak dengan menggunakan garam. Setelah matang lalu dijemur dan dijadikan udang kering. Meski begitu tak jarang juga masyarakat yang membeli udang dalam bentuk basah. Udang basah dijual dengan harga Rp15 ribu per kg. Sementara yang sudah dikeringkan dijual Rp120 ribu per kg. Udang-udang kering akan dikumpul dan akan dijual di Kota Selatpanjang. Para nelayan akan mengumpulkan udang-udang kering tersebut dan menjualnya sekali dalam sebulan. “Sebulan bisa mencapai 10 kilogram. Tak jarang juga lebih. Namun rata-rata 10 kilogram per bulan,” tambah Rahmad.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook