HARGA PUPUK LENGKAPI DERITA PETANI

Kaji Ulang Tata Kelola Sawit

Riau | Senin, 04 Juli 2022 - 12:34 WIB

Kaji Ulang Tata Kelola Sawit
Grafis (DOK: RIAUPOS.CO)

Dari penelusuran Riau Pos di beberapa grosir penjual pupuk dan sarana produksi pertanian, saat ini pupuk jenis NPK Mutiara Rp960.000 per karung. NPK Mahkota 13-8-27 Rp850.000 per karung. Pupuk TSP Rp840.000 per karung. Pupuk KCL Rp870.000 per karung. Pupuk Kronkali B+ Rp680.000 per karung dan Urea nonsubsidi Rp545.000 per karung. Sementara racun rumput jenis Roundup Rp125.000 per liter dan Gromosome Rp100.000 per liter.

Harga TBS yang saat ini tidak lagi seimbang dengan biaya perawatan kebun kelapa sawit juga dikeluhkan salah seorang petani kelapa sawit swadaya di Kecamatan Lubuk Batu Jaya Kabupaten Indragiri Hulu. Menurutnya, kebutuhan pupuk untuk ukuran satu hektare kebun kelapa sawit minimal 5 karung.


Perawatan itu tidak saja cukup dengan satu jenis, tapi minimal tiga jenis pupuk. "Perawatan untuk pemupukan dilakukan dalam tempo sekali empat bulan dan saya sudah menunda masa pemupukan satu bulan lebih," ungkapnya.

Kondisi harga TBS ini, juga bertolak belakang dengan harga bahan kebutuhan pokok sehari-hari yang melonjak naik. Artinya, hasil petani kelapa sawit swadaya saat ini minus atau merugi.

Kemudian tambahnya lagi, dalam beberapa pekan ini akan masuk sekolah pada tahun pelajaran baru. "Tentunya memasuki tahun pelajaran baru ini juga memerlukan biaya," bebernya.

Senada diungkapkan Diki Saputra, salah seorang petani swadaya kelapa sawit di Kecamatan Pelalawan. Di mana dampak menurunnya harga jual hasil panen kelapa sawit ini sangat banyak petani swadaya yang tidak mampu memenuhi biaya hidup.

"Ya, harga jual TBS menurun, harga pupuk KCL malah melonjak naik. Yakni Rp1.050.000 per karung 50 kilogram. Kondisi ini membuat kami mengalami kesulitan ekonomi," terang Diki kepada Riau Pos, Rabu (29/6).

Diungkapkannya, dirinya sebagai petani swadaya hanya bisa menjual TBS kepada pengepul (agen) yakni veron atau  RAM. Di mana pengepul ini membeli hasil panen petani swadaya dengan harga Rp700 per kg.

"Kita tidak bisa jual langsung TBS ini ke PKS. Pasalnya, korporasi PKS ini hanya mau membeli TBS petani plasma (KKPA) mitra perusahaan. Sehingga, mau tidak mau, kami terpaksa harus menjual kepada veron meski harganya jauh di bawah standar ketetapan pemerintah demi untuk sedikit menutupi biaya hidup," bebernya.

Dikatakan Diki, merosotnya harga TBS kelapa sawit petani swadaya, cukup banyak masyarakat yang menahan buah tidak dipanen. Artinya, petani sawit tidak memanen maksimal hingga harga jual kembali stabil.

"Jadi, kalau kondisi saat ini, kita hanya panen buah brondolan saja. Ya, paling banyak sekitar 700 kg sekali panen. Kalau panen maksimal, rugi banyak kita. Biasanya asal buah sudah merah, kita jual. Di mana sekali panen, bisa mencapai 4 ton. Tapi kalau kondisi saat ini, kita bertahan untuk memanen hingga harga jual kembali stabil atau tinggi, meski kondisi ini berdampak menyebabkan kami kesulitan ekonomi. Apalagi kalau punya biaya kredit, berat kali jalani hidup ini," tuturnya.

Iwa, salah seorang tauke pengumpul buah mengatakan, tidak saja petani pekebun sawit yang rugi tetapi sebagai pengumpul buah juga demikian. Ia bersama para pengumpul buah tidak bisa membeli harga yang tinggi pada petani. Ini karena upah bongkar muat, BBM, dan operasional lainnya yang besar.

Dari informasi yang mereka dapat, harga TBS sawit di PKS kategori buah petani Rp1.220 per kg dan Rp1.300 per kg untuk buah plasma atau koperasi. Iwa berharap, kondisi ini cepat berlalu dan harga sawit kembali baik seperti sebelumnya, yakni Rp3.000 sampai Rp3.500 per kg.

Dengan harga seperti itu, nasib mereka dan petani akan tertolong. Kebun-kebun sawit petani kembali terawat. Tapi jika masih dengan kondisi harga sekarang Rp1.000 per kg, mereka dan petani tetap akan menjerit.

Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Riau Zulfadli melalui Kepala Bidang (Kabid) Pengolahan dan Pemasaran, Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Riau Defris Hatmaja mengatakan, belum naiknya harga TBS di Riau meskipun keran ekspor CPO telah dibuka dikarenakan beberapa faktor.

"Memang keran ekspor CPO sudah dibuka, tapi eksportir harus memenuhi beberapa syarat agar mendapat izin ekspor. Seperti harus mendistribusikan minyak goreng curah terlebih dahulu, tentunya jadi ada pekerjaan tambahan," katanya.

Akibat adanya kebijakan tersebut, maka eksportir memerlukan tambahan waktu. Sementara CPO yang sudah diproduksi terus bertambah, dan tangki penyimpanan CPO juga terbatas.

"Sekarang ini masalahnya di hilir, sementara di hulu produksi CPO setiap hari terus bertambah. Kalau CPO menumpuk akibatnya tidak ada pembelian TBS, kalaupun ada dengan harga yang rendah," ujarnya.

Terkait permasalahan tersebut, pihaknya juga sudah melaporkan ke Kementerian Pertanian, termasuk juga upaya menyurati pihak PKS agar membeli harga TBS sesuai ketetapan pemerintah. "Kondisi yang terjadi di daerah terus kami laporkan ke pemerintah pusat. Tapi memang saat ini kebijakannya ada di pemerintah pusat," sebutnya.

Dijelaskan Defris, saat ini total luas perkebunan kelapa sawit di Riau mencapai 2.695.680 hektare. Jumlah tersebut terdiri dari sawit rakyat, perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta. "Luas kebun rakyat seluas 1.446.050 hektare, perkebunan besar negara seluas 104.070 hektare dan perkebunan besar swasta seluas 1.145.559 hektare," paparnya.

Sementara itu, untuk harga TBS kelapa sawit periode 29 Juni sampai 5 Juli 2022 mengalami penurunan pada setiap kelompok umur. Jumlah penurunan terbesar terjadi pada kelompok umur 10-20 tahun sebesar Rp561,89 per kg dari harga pekan lalu. Sehingga harga pembelian TBS petani untuk periode satu pekan ke depan turun menjadi Rp1.865,10 per kg.

Penurunan harga TBS ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal turunnya harga TBS periode ini disebabkan oleh terjadinya penurunan harga jual CPO dan Kernel dari perusahaan yang menjadi sumber data.

"Untuk harga jual CPO, PTPN V mengalami penurunan harga sebesar Rp2.257,33 per kg dari harga pekan lalu, Sinar Mas Group mengalami penurunan harga sebesar Rp2.297,53 per kg dari harga pekan lalu, Astra Agro Lestari Group tidak melakukan penjualan pekan ini. Asian Agri Group mengalami penurunan harga sebesar Rp2.039,75 per kg dari harga sebelumnya," kata Defris.

Sedangkan untuk harga jual Kernel, Asian Agri Group mengalami penurunan harga sebesar Rp1.673,00 per kg. Sementara dari faktor eksternal, harga minyak sawit mentah CPO ambrol. Ada beberapa fundamental yang mengerek harga CPO anjlok.

‘’Ekspor CPO Indonesia yang kini mulai membanjiri pasar nabati dunia, tidak sebanding dengan permintaannya. Indonesia telah mengeluarkan izin ekspor CPO sebanyak 894.481 ton di bawah skema Domestic Market Obligation (DMO)," ujarnya.

Di bawah DMO, sebuah perusahaan menerima kuota ekspor berdasarkan volume penjualan lokal mereka. Ketika suplai CPO Indonesia tengah memenuhi pasokan di pasar nabati dunia, demand terhadap CPO malah berpotensi turun.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook