DIBUKA AIR BAH, DITAHAN BISA AMBRUK

Jangan Sampai Tsunami Sungai Kampar

Riau | Minggu, 24 Januari 2016 - 09:50 WIB

Jangan Sampai Tsunami Sungai Kampar

RIAUPOS.CO  - SEJAK PLTA Koto Panjang beroperasi 1998 lalu, air bah 16 Januari 2015 adalah peristiwa terbesar yang pernah terjadi. Air bah disebabkan dibukanya pintu air bendungan beton yang dibangun setinggi 52 meter pada aliran Sungai Kampar tersebut. Elevasi air harus dipertahankan. Jika tidak, bendungan bisa jebol dan bukan lagi air bah lagi yang meluncur. Tapi bisa terjadi Tsunami di Sungai Kampar. Ternyata, bukan semata air bah yang datangnya dari aliran sungai wilayah Sumatera Barat menjadi penyebab. Wilayah tangkapan air waduk PLTA berkurang drastis ikut jadi biang. Dari awal berdiri, luasnya mencapai 3.000 hektare. Kini tersisa hanya sekitar 800 hektare.

Kondisi itulah yang menyebabkan PLTA Koto Panjang berkurang drastis airnya saat musim kering. Bahkan, sampai-sampai Luas lahan yang berkurang itu disebabkan pembatatan hutan yang dijadikan sebagai lahan perkebunan. pada musim hujan yang menghasilkan debit air tinggi, pintu air atau spill way harus dibuka.

Baca Juga :Dirikan Tenda Tanggap Darurat di Wilayah Banjir

PLTA Kota Panjang memproduksi energi listrik hydroelectric dengan kapasitas daya terbangkit 114 MW. Mulai beroperasi pada tahun 1998. Lokasi PLTA Kota Panjang berada di Desa Merangin, Rantau Berangin, Kecamatan VIII Koto Kampar, Provinsi Riau. Berjarak sekitar 22 km dari Bangkinang dan 87 km dari Kota Pekanbaru. Bendungan PLTA Kota Panjang memanfaatkan aliran dari Sungai Batang Mahat dan Sungai Kampar Kanan.

Banjir yang terjadi di daerah hilir PLTA Koto Panjang Kampar masih belum reda. Inilah banjir pertama terbsar sejak didirikannya PLTA Koto Panjang. Saat banjir bandang beberapa waktu lalu itu, PLTA Koto Panjang membuka kelima pintu waduk dan masing-masing pintu setinggi 1,85 meter. Kini permukaan banjir sudah mulai berkurang, namun pihak PLN PLTU Koto Panjang masih membuka pintu waduk untuk membuang air dari waduk.

Meskipun elevasi air maksimal di waduk PLTA Koto Panjang setingigi 85 meter diatas permukaan laut (mdpl), namun pihak PLTA belum menutup waduk dan tetap membuka dua dari lima pintu waduk. Masing-masing pintu waduk dibuka setinggi 30 Cm. Elevasi masih 83,01 mdpl sore, Sabtu (23/1).

Manager PLN Sektor Pekanbaru Charles Leonard Damanik mengatakan banjir bandang musim ini lebih besar dari sebelumnya. Diceritakan Charles, saat musim kemarau beberapa waktu lalu yang berakibat kabut asap, PLTA Koto Panjang menutup pintu waduk untuk mempertahankan elevasi air di waduk.

Kemudian hujan mulai turun awal Desember 2015 lalu dan mulai memenuhi waduk dan membuat capaian tingkat elevasi normal sehingga mampu menyalakan tiga unit turbin di PLTA Koto Panjang.

‘’Kami mulai membuka pintu waduk sejak 7 Desember lalu. Ada dua pintu yang kami buka dengan tinggi 60 Cm karena debit air yang masuk cukup tinggi,’’ kata Charles.

Namun, tiga hari menjelang Natal, pintu kembali ditutup karena debit air yang masuk mulai sedikit. Namun hanya tiga hari kemudian dibuka kembali.

Melihat realita yang terjadi di PLTA Koto Panjang, terutama berkurang drastisnya wilayah tangkapan air, dinilai Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Provinsi Riau, Ir Mardianto Manan MT dikemudian hari bisa berbahaya. Kejadian air bah yang di awal tahun 2016 yang cukup besar, sampai memprakporandakan ratusan keramba ikan milik warga, masa nanti bisa lebih mengkawatirkan. Apalagi, kondisi waduk yang sudah berusia 18 tahun, dihitung semenjak beroperasi 1998 lalu, tentu ketahanannya akan semakin berkurang. Perambahan terus terjadi bisa sampai tangkapan air nihil, maka air akan melaju turun dari perbukitan tanpa ada yang menahan. Maka, bukan tidak mungkin tsunami akan terjadi di Sungai Kampar karena waduk PLTA Koto Panjang jebol.

‘’Bukan tidak mungkin tsunami itu terjadi. Kalau melihat data dari 3.000 hektare lebih catchment area berkurang yang kini tinggal 800 hektare, itu adalah pengurangan yang drastis. Jika tidak dihutankan kembali, bisa berbahaya. Air bisa meluncur dengan kencang tak tertahankan. Sekarang masih bisa dibuka pintu air supaya waduk tidak jebol, lima tahun akan datang, bisa jadi tak kuat lagi sekedar membuka pintu air. Maka tidak ada jalan, catchment area harus dihutankan kembali,’’ ucap Ahli Perencanaan Tata Ruang dan Wilayah ini.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook