Jakarta - Pekanbaru Perlu Tujuh Jam

Riau | Senin, 23 September 2019 - 09:07 WIB

Jakarta - Pekanbaru Perlu Tujuh Jam
Warga berusaha menerobos kepulan asap yang membakar lahan di samping pemukiman warga Rimbo Panjang, Kampar, Ahad (22/9/2019). Akibat karhutla ini sejumlah penerbangan tujuan Pekanbaru terpaksa dialihkan. MHD AKHWAN/RIAUPOS

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Retno Sri Hartati sempat gelisah. Pesawat yang ditumpanginya Ahad pagi kemarin sempat berputar-putar di udara selama hampir dua jam, karena tidak bisa mendarat di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru.

Retno Sri Hartati salah seorang penumpang asal Jakarta tujuan Pekanbaru yang menggunakan pesawat Batik Air ID6856. Pesawat yang ditumpanginya akhirnya dialihkan (divert)  ke Bandara Hang Nadim, Batam.


Hal ini disebabkan jarak pandang yang terbatas. Di Pekanbaru jarak pandang kurang dari 800 meter saat itu.

"Bagi yang lanjut usia tentu khawatir. Tadi ada satu yang tidak mau naik pesawat lagi, memilih naik feri dari Batam ke Pekanbaru," ungkap Retno.
Retno yang bekerja di Kementerian Pertanian RI.

Ia melakukan kunjungan ke Pekanbaru dalam rangka KTNA Nasional. Awalnya diperkirakan ia akan tiba di Pekanbaru pukul 07.35 WIB pagi, namun baru bisa mendarat sekitar pukul 13.00 WIB atau sekitar tujuh jam sejak keberangkatannya dari Jakarta.

"Tadi sebenarnya posisi sempat ragu. Katanya lancar. Tapi setelah mau mendarat tidak bisa. Pak Menteri juga mau hadir naik Garuda, kami naik Batik Air sudah boarding jam lima subuh. Belum tahu ini informasinya sudah tiba atau belum," ucapnya.

Saat berada di udara, kata dia, pilot maskapai sempat mengumumkan akan menunda pendaratan satu sampai dua jam lamanya. Namun karena tetap tidak bisa, ditambah kondisi bahan bakar yang menipis, akhirnya maskapai memutuskan mendarat di Bandara Hang Nadim Batam.

"Bisa dibayangkan di atas kami berputar-putar selama dua jam. Tidak bisa mendarat, akhirnya 45 menit baru bisa mendarat di Batam. Di Batam menunggu lagi sampai 1,5 jam sampai akhirnya boarding," ungkapnya.

Karena itu, ia sempat hampir membatalkan kunjungannya ke Pekanbaru dan telah meminta untuk segera diuruskan tiket kembali ke Jakarta. Namun akhirnya tidak jadi, ia bersama penumpang lainnya dipanggil untuk kembali naik ke pesawat.

"Tampaknya Tuhan ingin kami ikut merasakan dampak asap ini. Merasakan beratnya hidup di Riau saat ini," sambungnya.

Sementara untuk kondisi penumpang saat pesawat berputar-putar di angkasa, kata dia, di dalam kondusif dan nyaman. Hanya saja perlu waktunya yang lama untuk bisa landing.

"Beda kalau memang masalah cuaca, beda situasi. Kondisi di atas kami semua nyaman," jelasnya.

>>Berita selengkapnya baca Riau Pos hari ini.

Laporan : Tim Riau Pos
Editor : Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook