Imlek Penuh Kebahagiaan

Riau | Selasa, 05 Februari 2019 - 11:13 WIB

Imlek Penuh Kebahagiaan
BERPOSE: Vinnylia Yangsen (kiri) dan Jesslyn Angelia Kosasih berpose di Klenteng Dewi Sakti jalan Karya Indah, Pekanbaru. Foto diambil beberapa waktu lalu. (MHD AKHWAN/RIAUPOS)

Bermakna Kemakmuran

Dewan Pengurus Daerah Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (Mapanbumi) Provinsi Riau Pdt Hosan S Sos S Ag MM menjelaskan, Imlek merupakan tradisi dari budaya Tionghoa. Imlek lahir melalui proses serapan penduduk Nusantara terhadap istilah Hokkian, yin li. Sementara itu, shio babi adalah zodiak terakhir atau ke-12 dalam horoscope Cina. Babi dianggap sebagai hewan yang kurang pintar dalam budaya Cina. Babi suka tidur, malas dan suka makan sehingga menjadi gemuk yang membuatnya kurang disenangi.

Baca Juga :Prabowo Terima Dukungan Aliansi Tionghoa

Namun ia memiliki sisi dan sifat positif, seperti jujur, lugu, lucu, apa adanya, tidak suka menyakiti orang lain, serta memberikan kemakmuran bagi orang lain. Sering pula babi dianggap sebagai lambang kekayaan. Sedangkan kata Imlek berasal dari kata yin li. Jadi tahun baru Cina itu sama dengan tahun baru Islam karena dihitung berdasarkan peredaran bulan. Namun, dalan 2 atau 3 tahun sekali akan ada pertambahan bulan dalam satu tahun, tapi akan tetap disingkronkan dengan bulan sebelumnya.

Makna perayaan Imlek ini adalah menyambut sebuah tahun yang baru. Apalagi, di Cina terdapat empat musim yang selalu memberikan makna baru seperti musim panas, musim dingin, musim gugur dan musim semi.

Itu sebabnya, perayaan Imlek sama dengan penyambutan musim semi. Tahun ini kalau dihitung dalam tahun adat namanya 12 shionya adalah babi tanah. Di mana  dalam kalender lunar atau penanggalan yang didasarkan atas perhitungan fase bulan memiliki shio yang berbeda. Di antaranya, tikus, kerbau, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi.

Berdasarkan para ahli yang menghitung, tahun babi tanah ini sangat bagus untuk semua shio, karena babi tanah ini membawakan berkah untuk semua orang, kemakmuran dalam hal bercocok taman dan lainnya. Itu sebabnya, menjelang Hari Raya Imlek banyak etnis Tionghoa yang melakukan kegiatan sosial atau bersedekah yang selalu diselenggarakan dua pekan sebelum imlek, untuk mencari keberkahan dan berbagi kepada sesama.

“Kegiatan ini juga salah satu bentuk perbuatan yang baik atau karma baik yang di tahun depan dapat kita terima juga dengan baik,” kata Hosan.

Selain itu, sepekan sebelum Imlek etnis Tionghoa juga melakukan pengantaran dewa dan melakukan pembersihan seluruh altar di tempat sembahyang. Baik di vihara  atau pun di rumahnya. Bahkan sepekan menjelang Imlek, para perantau akan berusaha pulang ke kampung halaman untuk merayakan Imlek bersama dan melakukan segala tradisi. Enam hari menjelang Imlek, warga Tionghoa juga mulai berburu membeli perlengkapan Imlek dengan warna yang memiliki makna suka cita.

“Biasanya masyarakat menggantung lampion berwarna merah di area teras rumah atau di seluruh rumah sebagai simbol suka cita atau kebahagiaan,” jelasnya.

Bahkan, di malam tahun baru Imlek biasanya etnis Tionghoa melakukan kegiatan makan bersama dengan menu makanan yang memiliki simbol dan arti khusus di tahun baru.

“Biasanya dalam jamuan makan malam bersama ini didampingi dengan kue bakul atau kue keranjang yang memiliki makna rasa manis dan juga mempererat semua baik antara keluarga maupun persaudaraan antar umat,” kata dia.

Selanjutnya, setelah selesai melakukan makan bersama tepat di detik-detik pergantian tahun baru, masyarakat Tionghoa juga melakukan kebaktian syukuran di Vihara, dan Kelenteng.

“Setelah selesai melakukan doa, kami juga akan menghidupkan petasan atau kembang api saat malam pergantian tahun baru dengan arti suara petasan tersbeut dapat mengusir sifat-sifat negatif di tahun baru, serta mengusir makhluk halus agar tidak menganggu dan menjauhi kita di tahun baru ini,” sebutnya.

Di Hari Raya Imlek masyarakat Tionghoa akan melakukan tradisi berkunjung kepada keluarga yang lebih tua, dan nantinya para orang tua ataupun keluarga besar akan berkumpul untuk melakukan prosesi sungkeman kepada orang yang lebih tua sembari mengucapkan xin nian kuai le atau happy new year atau selamat tahun baru, dan juga gong he xin xi. Namun, pemberian angpao ini hanya dapat diberikan kepada keluarga inti saja, dan wajib diberikan kepada keluarga yang belum menikah sedangkan keluarga yang telah menikah tidak wajib menerima tapi hanya memberi semata.

Sementara itu untuk kegiatan di Hari Raya Imlek, Mapabumi Provinsi Riau bersama panitia dan masyarakat etnis Tionghoa dari berbagai peguyuban di Riau mulai menggelar berbagai serangkaian kegiatan. Termasuk bazar yang diikuti puluhan UMKM.

“Tahun ini kami mengusung tema Hidup Harmonis, Berkah Berlimpah, NKRI Damai, Rakyat Sejahtera,” kata Hosan.(ayi)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook