PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Tahun ini adalah tahun ketujuh Hari Hutan Sedunia. Setiap 21 Maret, seluruh dunia memperingati International Day of Forest. Indonesia adalah paru-paru dunia yang punya andil dalam menjaga dan melestarikan hutan bagi kelangsungan ekologis dan kehidupan manusia untuk jangka panjang.
Direktur Eksekutif Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo, Yuliantony mengungkapkan cara untuk menjaga hutan bagi generasi milenial sebagai tonggak masa depan bangsaa ini. Menurutnya, melakukan perlindungan terhadap hutan tidak bisa dilakukan secara instan, apalagi untuk generasi milenial. Salah satu caranya adalah dengan memperkenalkan pada anak zaman sekarang betapa pentingnya hutan bagi kehidupan, Kamis (21/3).
“Yang terpenting adalah memperkenalkan pentingnya menjaga hutan. Bagaimana hutan bisa menyelamatkan air, bagaimana hutan memberikan kontribusi udara yang sehat, bagaimana hutan memberikan manfaat ekonomi, sosial budaya, plasma nutfa dan keanekaragaman hayati,” kata Yuliantony.
Yuliantony meneruskan selain memberikan edukasi, generasi milenial harus diberikan kesempatan untuk ikut mengambil tindakan dalam menyelamatkan hutan. Dengan demikian maka akan muncul kesadaran dan memunculkan ide-ide untuk berbuat sesuatu baik kecil mau pun besar. “Anak sekarang bisa diajak ikut komunitas tentang hutan, ikut kampanyekan hutan, atau ikut penanaman, mereka juga harus diajarkan bagaimana mengajak orang lain untuk peduli terhadap hutan,” tuturnya.
“Pertama penyadaran dulu, tentang nilai-nilai hutan. Mereka akan sadar, oh begini nilai penting hutan kita. Anak sekarang kan punya akses informasi yang luas,” tambah Yuliantony.
Koordinator Lapangan Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) Okto Yugo Setyo mengungkapkan, generasi muda harus ikut memantau hutan Riau, selain itu generasi millenial juga harus turut aktif dan peduli terhadap penyelamatan hutan.
“Siapa lagi yang akan peduli? Bencana asap dan banjir, semua jadi korban. Jika kerusakan semakin parah, generasi milenial yang paling merasakan kerugiannya,” ungkap Okto.
Okto mengatakan, hutan alam di Riau hilang 160 ribu hektare setiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh banyaknya korporasi kehutanan, pemegang hak penguasa hutan (HPH) dan hutan tanam industri (HTI) serta korporasi sawit.(*2/jrr)
(Laporan MARIO Kisaz, PEKANBARU)