Abdul Wahid bisa memastikan bahwa kelangkaan vaksin meningitis memang sudah terjadi di Kota Pekanbaru. Itu terbukti dari adanya pengaduan baik oleh pihak travel perjalanan umrah maupun jemaah. Seperti diketahui bahwa kelangkaan vaksin tersebut juga terjadi di daerah Pulau Jawa sehingga sebagian perjalanan jemaah umrah terganggu keberangkatannya. "Sudah ada jemaah yang mengeluhkan hal kelangkaan vaksin meningitis itu. Pihak travel juga mengeluhkan hal yang sama," tambah Wahid.
Kelangkaan vaksin miningitis tersebut menurutnya bukan suatu permasalahan yang biasa saja. Sehingga perlu terus disikapi secara serius oleh Kemenag Pekanbaru, Kemenag Riau juga pemerintah pusat. Koordinasi dengan pihak terkait juga harus dilakukan. Dengan begitu harapannya persoalan itu tidak hanya dapat segera diselesaikan secepatnya.
"Kita lihat perkembangan pekan depan. Kalau masih terus terjadi kelangkaan, tentu kami akan melakukan dengan pihak-pihak terkait. Kebetulan Senin (26/9) Dirjen PHU Kemenag RI berkunjung ke Riau. Nanti akan kita sampaikan juga pada beliau," sebutnya.
Kepada para masyarakat Kota Pekanbaru atau calon jemaah umrah agar tidak panik lagi. Disarankan para pihak travel juga memberikan pemahaman seperti itu terhadap para jemaah umrah. "Untuk jamaah umrah jangan panik karena ketersediaan vaksin itu menjadi kewajiban negara untuk menyediakannya. Umrah itu bagian dari pada menjalankan ibadah dalam agama Islam," tuturnya.
Fenomena langkanya stok vaksin meningitis direspons langsung oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Nadia Tarmidzi. Dia mengatakan saat ini di beberapa daerah masih tersedia stok vaksin meningitis. ’’Akhir September rencananya akan sudah tersedia,’’ kata Nadia, Rabu (21/9).
Sayang, perempuan yang juga juru bicara vaksinasi Covid-19 itu tidak bisa menjelaskan secara detail soal penyediaan vaksin Meningitis tersebut. Dia juga tidak menjawab saat ditanya alasan kenapa sampai mengalami kelangkaan vaksin Meningitis. Nadia mengatakan urusan teknis pengadaan vaksin Meningitis menjadi urusan PT Biofarma.
Kelangkaan vaksin Meningitis juga menjadi perhatian Kementerian Agama (Kemenag). Direktur Umrah dan Haji Khusus Kemenag Nur Arifin mengatakan perlu disiapkan mitigasi penyelenggaraan umrah tahun ini. Apalagi pemerintah Saudi tidak lagi menerapkan pembatasan atau kuota kedatangan jemaah umrah.
’’Di dalam negeri ada beberapa persoalan yang perlu dicarikan solusinya,’’ katanya. Di antara yang paling urgen menurut Arifin adalah urusan ketersediaan vaksin Meningitis. Beberapa waktu lalu sejumlah calon jemaah umrah gagal diterbangkan di KKP Juanda, karena persoalan vaksin Meningitis.
Kemenag bersyukur akhirnya Kemenkes merespon persoalan vaksin Meningitis tersebut. Diantaranya dengan melakukan realokasi distribusi vaksin Meningitis. Realokasi atau redistribusi itu mempertimbangkan sebaran populasi jemaah umrah di tiap-tiap provinsi. Selain itu juga dengan mempercepat kedatangan vaksin Meningitis baru. Kemenkes rencananya menyediakan 220 ribu dosis vaksin Meningitis dalam waktu dekat.
Ketua Umum Kebersamaan Pengusaha Travel Haji dan Umrah (Bersathu) Wawan Suhada mengatakan bisa saja Kemenkes mengklaim vaksin Meningitis datang September depat. Tetapi di lapangan perlu proses distribusi dan lainnya. Dia memperkirakan persoalan kelangkaan vaksin Meningitis baru bisa terselesaikan Oktober mendatang. ’’Selama September sampai Oktober ini, kami kan tidak bisa menahan orang untuk tidak umrah dulu,’’ katanya.
Wawan menyayangkan pemerintah yang tidak melakukan antisipasi sejak awal. Sehingga sampai terjadi kelangkaan vaksin Meningitis. Dia mengungkapkan setelah musim haji 2022 lalu, minat umrah masyarakat cukup tinggi. Dalam dua bulan terakhir, ada lebih dari 200 ribu jemaah umrah yang sudah diterbangkan.
Wawan juga menyampaikan ada ketentuan bahwa jarak antara suntik vaksin Meningitis dengan keberangkatan adalah 14 hari. Jadi ketika vaksin Meningitis itu disuntikkan pada awal Oktober, jemaah baru bisa terbang pada pertengahan Oktober.
Dia mengusulkan supaya penyediaan vaksin Meningitis tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Tetapi juga melibatkan swasta, termasuk travel umrah. ’’Tentunya tetap dengan pengawasan,’’ katanya.
Dengan cara tersebut, fenomena kelangkaan vaksin Meningitis bisa diantisipasi. Wawan juga mengkritisi ketidakcocokan data vaksin Meningitis antara di KKP dengan Kemenkes. Dia mencontohkan sebelumnya KKP Juanda menyebutkan stok vaksin Meningitis dalam keadaan aman. Tetapi tidak berselang lama, Kemenkes menyampaikan kondisi stok vaksin Meningitis tidak dalam kondisi yang baik.(sol/ilo)