Parahu Baganduang hingga Hari Raya Enam

Riau | Kamis, 21 Juni 2018 - 11:46 WIB

Parahu Baganduang hingga Hari Raya Enam
PEMBUKAAN: Seorang warga melintasi Sungai Kuantan menggunakan sampan kecil saat pembukaan Parahu Baganduang di Desa Banjar Padang, Kecamatan Kuantan Mudik, Kuansing, Senin (18/6/2018). (CR6/SAID MUFTI/RIAU POS)

TELUKKUANTAN (RIAUPOS.CO) - Festival Budaya Parahu Baganduang setiap tahun dilaksanakan masyarakat Kuantan Singingi (Kuansing). Terutama warga Kecamatan Kuantan Mudik saat dalam suasana Idulfitri. Kegiatan ini membuat masyarakat terpukau. Terlebih masyarakat perantauan yang kebetulan mudik ke kampung halamannya.

Acara yang dihelat di Tepian Muko Lobuah, Desa Banjar Padang, Senin (18/6) lalu dihadiri ribuan pengunjung dari berbagai daerah di Kuansing. Pantauan Riau Pos di lapangan sekitar pukul 15.00 WIB memperlihatkan terjadi kemacetan di ruas jalan Lubuk Jambi menuju Kiliran Jao (Sumatera Barat). Di tengah-tengah kemacetan, dentuman meriam dan mercon silih berganti menambah semaraknya festival budaya itu.

Baca Juga :Hambali Imbau Pemudik Berhati-hati di Jalan

Menurut Ketua Panitia Parahu Baganduang Raja Muhamad Deprian SIP, budaya Parahu Baganduang mempunyai banyak makna. Mulai dari dekorasi hiasan hingga jumlah pernak-pernik yang digunakan.

“Parahu Baganduang itu artinya perahu atau jalur mini yang digandeng. Lalu dihias dengan lambang adat sesuai tradisi di Kenegerian Gajah Tunggal Lubuk Jambi. Sejarahnya dulu, Parahu Baganduang ini digunakan untuk manjopuik limau (meminang) untuk calon mempelai perempuan. Jadi, bukan saja sekadar perahu yang dihias. Ini juga lambang kebesaran masing-masing suku yang ada disini,” ujar Deprian kepada Riau Pos, Rabu (20/6).

Selain manjopuik limau, lanjut Deprian, di zaman kerajaan, masyarakat selalu menggunakan parahu baganduang untuk acara-acara seperti waktu panen padi, mengunjungi penghulu atau manjalang mamak, maantar mangkuak dan keperluan adat lainnya. Dan pada tahun 1996, Pemerintah Provinsi Riau memasukkan Parahu Baganduang ke dalam atraksi budaya andalan daerah.

Jumlah parahu baganduang yang tampil setiap tahun selalu meningkat. Pada 2017, parahu baganduang yang ikut hanya 14. Sedangkan pada 2018 berjumlah 16 dari beberapa desa yang ada di Kecamatan Kuantan Mudik. Adapun desa-desa yang ikut serta yaitu Desa Banjar Padang, Sangau, Koto Lubuk Jambi, Rantau Sialang, Seberang Pantai, Pulau Binjai dan Desa Kinali.

Biasanya, hiasan-hiasan yang digunakan, antara lain, bendera, daun kelapa, payung, kain panjang, buah labu, foto presiden dan wakil presiden dan benda-benda lainnya yang memiliki simbol adat. Misalnya, padi yang melambangkan kesuburan pertanian dan tanduk kerbau yang melambangkan peternakan.

Deprian berharap, festival budaya Parahu Baganduang yang menjadi kebanggaan masyarakat Kuantan Mudik terus dilestarikan dan dipelihara. Sebab, nilai-nilai yang terkandung didalam festival tersebut sarat dengan pesan nilai budaya yang menjadi acuan masyarakat yang menjunjung tinggi adat istiadat.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook