JAGA TRADISI KESULTANAN SIAK

Jelang Seabad Masjid Syahabuddin

Riau | Selasa, 21 Mei 2019 - 11:45 WIB

Jelang Seabad Masjid Syahabuddin
BERUSIA HAMPIR SEABAD: Masjid Raya Syahabuddin, yang sudah berusia hampir seabad. Merupakan masjid peninggalan Sultan SSK II dan tetap menjaga tradisi setiap momen hari besar Islam, termasuk bulan Ramadan. (MHAD AKHWAN/RIAU POS)

SIAK (RIAUPOS.CO) -- Dibangun pada 1926 pada masa Sultan Al Said Al Kasyim Abdul Jalil Saifuddin atau Sultan Syarif Kasim II (Sultan Siak ke-12) dan selesai dibangun pada 1935. Masjid Syahabuddin atau dikenal masyarakat tempatan sebagai Masjid Sultan tampak masih cantik dengan warna khas kerajaan jelang berusia seabad, tepatnya 93 tahun berdiri.

Jamaah yang berkunjung pun akan langsung merasakan kekayaan nilai historis yang dimiliki masjid berdinding kuning dan kubah berwarna hijau serta beberapa tiang bagian dalam dibalut kuning emas. Suasana nyaman dan sejuk di dalam masjid juga mengisyaratkan masjid ini terus dirawat dengan baik.

Baca Juga :Kediaman Imam Al Aqsa Diserbu Pasukan Israel

Saban waktu, di mana berbagai kegiatan keagamaan dirayakan umat muslim. Masjid ini pun selalu dipadati jamaah. Termasuk saat bulan suci Ramadan, berbagai suguhan bercita rasa zaman kejayaan sultan pun dapat dirasakan oleh jamaah.

Masjid Raya Syahabuddin merupakan salah satu masjid yang berlokasi di Jalan Sultan Ismail, Kampung Dalam, Kecamatan Siak. Sekitar kurang 300 meteran dari lokasi Istana Siak. Masjid ini tidak hanya digunakan sebagai tempat beribadah, lebih dari itu masjid ini juga menjadi salah satu situs cagar budaya. Terletak berdampingan dengan komplek pemakaman Sultan Syarif Kasim II beserta keluarga.

Berada tidak jauh dari istana Siak, merupakan masjid peninggalan Kesultanan Siak di masa lalu, masjid ini berbentuk unik dan khas Melayu. Setelah mengunjungi Istana Siak, pengunjung dapat mengunjungi masjid ini. Merupakan masjid Kerajaan Siak. Masjid ini ini didirikan pada masa pemerintahan Sultan Kasim I dengan ukuran 21.6 x 18.5 meter. Bangunan ini telah mengalami perbaikan beberapa kali namun masih tetap mempertahankan bentuk aslinya.

“Ya, selalu singgah ke masjid ini untuk melaksanakan salat kalau berkunjung ke Siak. Karena nyaman dan ada rasa-rasa berada di zaman kerajaannya,” kata seorang pengunjung dari Pekanbaru, Yunus saat ditemui Riau Pos beberapa hari lalu.

Di masjid ini, kata Gharim penjaga H Amiruddin yang didampingi Dai H Kaspul Anwar dan bendahara masjid yang juga tokoh masyarakat setempat, Khaidir dalam perbincangan dengan Riau Pos. Setiap bulan Ramadan, selalu digelar beragam kegiatan.

“Tadarus tentu tiap malam, juga disediakan buka bersama tiap hari. Masyarakat dan musafir dan jemaah boleh berbuka. Karena ada yang bersedekah, jadi ini semacam tradisi lama di Siak, ini tetap dijaga sejak masa sultan hingga sekarang,” ujar pengurus masjid H Amiruddin.

Mengenai perbukaan yang disediakan tiap sore hari selama bulan ramadan, jelasnya memang ada masyarakat yang mengantar makanan secara bergantian. Dengan menyediakan buka bersama bagi jemaah dan musafir, di Siak Sri Indrapura sambungnya, memang banyak masjid lain yang juga mengikuti.

Selain itu juga kegiatan lain yang dilaksanakan selama ramadan di Masjid Sultan tersebut adalah ceramah jelang atau sesudah salat fardu. Mulai kultum subuh, zuhur, dan tausiah sehabis isya.

“Kemudian juga ada penerimaan zakat fitrah dimulai 15 Ramadan, diserahkan kepada yang berhak. Biasanya juga setahun sekali ada yang datang, dari Timur Tengah,” sambungnya.

Lebih lanjut sepanjang ibadah salat tarawih dan witir selama malam Ramadan. Imam masjid juga mengkhatamkan ayat suci Alquran 30 juz selama sebulan malam Ramadan.

Masjid Syahabuddin merupakan saksi sejarah hadirnya Kerajaan Melayu Islam di Siak Sri Indrapura, Provinsi Riau. Nama Syahabuddin berasal dari gabungan kata syah dan al-din. Kata syah berasal dari bahasa Persia yang berarti penguasa, sedangkan kata al-din berasal dari bahasa Arab yang berarti agama.

Pada zamannya, penamaan Masjid Syahabuddin dimaksudkan sebagai lambang bahwa sultan/raja bukan hanya penguasa negara, melainkan juga sekaligus seorang penguasa agama (Syahabuddin).(egp)

Editor: Eko Faizin









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook