’’Di sini kami tidak membedakan agama. Baik itu Talang Mamak, baik itu Melayu, silakan sekolah di sini,’’ tegasnya.
Pak Tatung menutup sambutannya dengan sebaris pepatah lama. Tak lupa pula, di depan UAS dia menunjukkan sedikit kecakapannya berbahasa Inggris.
’’Kalau tidak berani kita membelah luyung, tidak kita makan sagu, kalau tidak berani berbuat, kita tidak dapat kemajuan. Seperti kata orang Sungai Akar, no gain without pain. Tidak ada kemajuan tanpa penderitaan. Jadi, don’t wait until tomorrow you can do it today. Minta maaf ini Pak ustaz, ini saya hafal di televisi,’’ ucapnya menutup sambutan.
Langit malam itu mendung dengan kilat sesekali terdengar dan terlihat. UAS sebagai tamu kehormatan menjadi orang terakhir yang memberikan sambutan. Begitu didaulat maju, sebuah pantun dia ucapkan, pantun yang berisi penghargaan bagi Pak Tatung yang memiliki keampuan berbahasa Inggris.
’’Anak raja memakan manggis, manggis dimakan dikunyah gigi. Nengok Pak Tatung berbahasa Inggris, saya pula yang grogi,’’ katanya sambil tersenyum disambut tepuk tangan hadirin.
UAS di depan masyarakat mengugkapkan bagaimana dia pertama kali diajak untuk datang ke Talang Mamak.’’Saya di kelas internasional, keluar dari lokal beberapa anak muda sampaikan pada saya, Pak ustaz jangan ceramah di kota saja, kami mau bawa ustaz ke dalam hutan. Saya sanggupi, tapi kemudian mereka tidak menjumpai saya enam bulan. Setelah itu baru datang kita sepakati untuk turun (ke Talang Mamak, red),’’ tuturnya.
Kedatangan ke Talang Mamak kali ini diakui UAS bukan tanpa godaan. Diceritakannya bagaimana sudah sejak enam bulan lalu jadwal kedatangan dia tetapkan, godaan datang.
’’Godaan mau ke Talang Mamak ini luar biasa. Saya sudah sejak enam bulan lalu tetapkan tanggal 30-31 Agustus tak bisa diganggu gugat, siapapun tidak bisa. Datang WA, ustaz, Sultan Kerajaan Perak mengundang untuk ceramah di kerajaan dalam rangka hari kemerdekaan Malaysia,’’ ungkapnya.
Meski begitu, jadwal ke Talang Mamak memang tak bisa diganggu gugat. Apalagi, kedatangan ini kemungkinan merupakan kedatangannya terakhir ke sana. ’’Bukan berarti Talang Mamak akan kami tinggalkan. Sahabat-sahabat kami akan tetap ke sini. Mata kami sudah tertuju pada yang lain, Durian Cacar. Ke sana akan jadi tujuan kami selanjutnya,’’ sebutnya.
Pondok Bustanul Hikam, sebut UAS, diberi nama oleh Ustaz Iskandar Armel, seorang doktor lulusan Kanada. ’’Dialah yang membimbing adik-adik sekalian, artinya taman ilmu. Taman surga di dunia adalah majelis ilmu dan majelis zikir. Di sinilah tempatnya nanti,’’ ucapnya.
UAS berharap di pondok ini berbagai kajian keagamaan bisa rutin dilaksanakan. Mulai dari oleh ibu-ibu, bapak-napak, hingga seluruh warga.
’’Pagi Ahad buatkan kajian ibu-ibu. Malam Jumat buat wirid yasin, manfaatkan ustaz yang datang untuk buat pengajian. Sehingga pengajian menjadi ruh di sini, apa pun kegiatan ada tausiah,’’ tuturnya.(bersambung)
Laporan M ALI NURMAN, Rengat