PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Bidang Penjualan Komersil Bulog Divre Riau Kepri Hendra Gunafi mengatakan, salah satu penyebab kenaikan harga beras premium asal Sumatera Barat yakni sudah usainya masa panen, sedangkan keperluan konsumsi masyarakat tetap. Padahal panen tidak ada lagi, dan hanya mengandalkan stok yang ada.
“Dengan kondisi tersebut, sehingga membuat harga naik di pasaran. Karena stok yang ada juga semakin menipis, tapi permintaan tetap,” ujarnya, Rabu (14/11).
Sebagai langkah antisipasi, lanjut Hendra, saat ini Bulog memilikicadangan beras dengan harga yang masih terjangkau dengan kualitas yang juga tidak kalah dengan beras premium yang saat ini harganya melonjak. Tidak hanya kualitas, rasa beras yang dimiliki Bulog tersebut juga diklaim nyaris sama dengan beras premium seperti anak daro.
“Kalau beras anak daro sekarang harga di pasaran sampai Rp16 ribu per kilogramnya. Beras yang dimiliki Bulog dengan kualitas serupa harganya jauh terjangkau yakni hanya kisaran Rp12 ribu per kilogram atau 62 ribu per karung 5 kgnya,” jelasnya.
Untuk itu, pihak bulog berharap kepada para pedagang untuk dapat berkoordinasi dengan Bulog jika hendak membeli beras tersebut. Karena jika pedagang yang membeli, harga jual yang diberlakukan pihak Bulog jauh lebih murah per karungnya.
“Kalau pedagang yang membeli, harga satu karung beras berat 5 kg hanya Rp52.750. Jadi pedagang masih dapat untung, karena HET-nya ditetapkan Rp62 ribu per karung 5 kilogramnya,” sebutnya.
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DPP) Pekanbaru Ingot Ahmad Hutasuhut, mengaku tidak bisa melakukan intervensi terkait adanya kenaikan harga beberapa jenis beras di Pekanbaru. Pasalnya, harga beras yang naik tersebut tergolong pada jenis beras premium.
“Karena kalau untuk beras jenis premium, pemerintah tidak bisa intervensi harga. Kecuali kalau beras jenis medium baru ada kewenangan pemerintah untuk intervensi,” kata Ingot.
Lebih lanjut dikatakannya, jika harga beras medium juga ikut mengalami kenaikan, pihaknya baru bisa berkoordinasi dengan pihak Bulog untuk melakukan operasi pasar. Karena beras jenis premium tersebut, peruntukannya untuk kalangan masyarakat menengah ke atas.
“Memang tidak menutup kemungkinan ada praktik-praktik penimbunan terhadap beras premium ini. Kemudian bisa juga stok yang terbatas, sedangkan permintaan tetap. Tapi untuk lebih pastinya, bisa ditanyakan ke pihak Bulog,” ujarnya.
Sementara itu Kabid Perdagangan DPP Kota Pekanbaru Rony Suprana mengatakan, kenaikan harga beras saat ini masih batas kewajaran. Ia memprediksi di awal tahun harga beras yang dipasok di Pekanbaru akan stabil.
Dimana berdasarkan data Rony, bahwa di awal tahun suplai beras akan lancar. Pada Januari, masa panen beras di tingkat petani akan terjadi besar-besaran. Rony mengatakan beras yang dipasok ke Pekanbaru selama ini didatangkan dari provinsi tetangga, Sumatera Barat.
“Selama ini pasokan beras dari Sumatera Barat dan beberapa daerah lainnya. Sekarang cuaca berdampak di tingkat petani. Sehingga berpengaruh pada suplai berasnya,” katanya.
Harga beras tertinggi terjadi pada jenis beras premium seperti mundam dan pandan wangi yang harganya dijual Rp16 ribu per kilonya. Sementara harga normalnya Rp13 ribu per kg. Sedangkan harga beras topi koki dan Belida Rp12 ribu per kg. Harga normalnya Rp11 ribu per kg.(sol/ilo)