PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Keresahan mahasiswa terhadap jalan desanya yakni Desa Pondok Gelugur, Kecamatan Lubuk Batu Jaya, Inhu, diluahkan, Sabtu (12/1) siang. Ade Saputra dan Yogi Abdul Wahid Muharam Tarigan yang kuliah di UIR ini menceritakan bagaimana sulitnya melintasi jalan yang menjadi urat nadi di desanya dan panjangnya sekitar 15 kilometer.
Kerusakan jalan yang menjadi akses satu-satunya yang dekat ke sejumlah desa, sudah bertahun-tahun dibiarkan. Sampai sejauh ini, tidak ada upaya perbaikan dari pemerintah kabupaten.
“Dulu, jalan itu beraspal. Sekarang aspalnya sudah hancur dan menjadi jalan tanah. Jika hujan lubang-lubang jalan akan digenangi air, sementara kalau musim panas akan berdebu,” ungkap Ade.
Jika sudah seperti itu, akan semakin sulitlah melintasi jalan itu. Terutama bagi warga yang hendak membawa hasil bumi dan para pelajar yang hendak pergi ke sekolah serta yang hendak pergi bekerja. Tidak hanya harus memakan waktu, tapi juga pakaian yang seharusnya bersih sampai di tempat tujuan, malah menjadi kotor terkena lumpur.
Itulah yang harus dihadapi warga setiap harinya. Setelah bertahun-tahun seperti ini, baik pemerintah kabupaten, maupun tiga anggota dewan dari wilayah ini, sampai sejauh ini tidak ada yang peduli ataupun ikut memperjuangkan perbaikannya.
Belakangan menurut Ade, ada tokoh masyarakat dan sejumlah tauke sawit yang melakukan penimbunan, tapi hasilnya tidak bertahan lama. Terlebih musim hujan seperti ini, timbunan itu tergerus air hujan dan kembali seperti semula.
‘’Saya mengkhawatirkan orang tua kami, adik-adik kami yang setiap hari melintasi jalan itu. Saya berharap, pemkab peduli dan legislatif memperjuangkannya, sehingga kembali di aspal,’’ ungkapnya lirih.
Ditambahkan Yogi Abdul Wahid yang duduk di sampingnya, situasi ini setidaknya dapat berubah, jika pemkab dan legislatif mau lebih peduli.(mng)