DISDIK RIAU KELUARKAN SURAT EDARAN SEKOLAH TATAP MUKA

Karhutla di Riau Terkendali dan Tinggal Pendinginan

Riau | Rabu, 11 Oktober 2023 - 09:20 WIB

Karhutla di Riau Terkendali dan Tinggal Pendinginan
Suasana proses belajar mengajar tatap muka yang berlangsung di SMAN 5 Pekanbaru, Selasa (10/10/2023). (EVAN GUNANZAR/RIAU POS)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Dalam dua hari terakhir, hujan mengguyur sebagian besar wilayah Riau. Hal ini membuat beberapa titik kebakaran lahan dan hutan (karhutla) yang sempat muncul di Indragiri Hulu padam. Petugas tinggal melakukan pendinginan.

Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau M Edy Afrizal mengatakan, untuk karhutla di Sungai Raya Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) sudah berhasil dipadamkan. “Sudah padam. Tim gabungan berjibaku memadamkan api,” katanya, Selasa (10/10).


Dua helikopter water bombing jenis Superpuma dan Sikorsky turut dikerahkan ke lokasi, terutama di titik yang sulit diakses tim gabungan darat. Kobaran api pun berhasil diminimalisir.  Total luas kawasan yang terbakar di daerah Sungai Raya Inhu mencapai 62 hektare. “Saat ini tinggal upaya pendinginan di lokasi karhutla,” ujar Edy.

Di Kabupaten Pelalawan juga sempat terpantau enam titik panas di Dusun Toro, Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Selasa (10/10). Kapolres Pelalawan AKBP Suwinto SH SIk bersama Bupati Pelalawan H Zukri langsung merespons cepat untuk melakukan antisipasi. Alhasil, bersama tim gabungan Polri, TNI, BPBD Pelalawan dan perusahaan, Kapolres dan Bupati Pelalawan Zukri langsung turun ke lokasi untuk melakukan verifikasi lapangan. “Alhamdulillah, berkat kerja keras tim gabungan di lapangan yang telah berjibaku memadamkan titik api, sehingga saat ini api telah berhasil dipadamkan,’’ ujar Kapolres Pelalawan AKBP Suwinto SH SIK.

Sementara itu, Kapolda Riau Irjen Pol Mohammad Iqbal juga memastikan karhutla di Provinsi Riau terkendali. Kabut asap yang sempat menyelimuti Provinsi Riau dipastikan bukan bersumber dari karhutla di wilayah Provinsi Riau. “Hotspot itu tidak dikatakan itu fix titik api atau fire spot. Hotspot itu banyak di antaranya cerobong asap, PKS atau bakar sampah,” kata mantan Wakapolres Dumai ini menyikapi banyaknya hotspot di Riau, Selasa (10/10).

Irjen Iqbal mengungkapkan, dalam data yang ada setelah diverifikasi, maka dari 160-an hotspot hanya puluhan yang dapat dikatakan fire spot. Itupun hotspot yang benar-benar karhutla. “Tadi (kemarin, red) waktu pukul 08.00 WIB saya mengecek, tidak ada atau sangat sedikit titik api,” terang Kapolda.

Polda Riau, kata Iqbal, terus memantau apakah titik api tersebut terus berkembang atau tidak. Karena vegetasi gambut, meskipun setelah dilakukan pendinginan, ternyata pendinginan tersebut belum maksimal dan terkena angin bisa menjadi titik api lagi.

Kapolda menjelaskan pada Juni ada 760 hotspot, Juli sebanyak 465 hotspo,t dan Agustus 1.499 hotspot. Meski jumlah hotspot mencapai ribuan, tapi titik api tidak sebanyak itu. Bahkan pada awal Oktober ini menurun signifikan. “Pada bulan Juni, Juli dan Agustus dapat kita padamkan. Seperti teman-teman ketahui, di Pelintung waktu itu kebakarannya sangat luar biasa, tapi asapnya pun tak sampai ke Pekanbaru. Padahal hampir seribu hotspot. Kalau kita bicara hotspot, meskipun hotspot-nya ribuan tapi titik apinya hanya puluhan,” terangnya.

Selama menjabat sebagai Kapolda, Iqbal menjelaskan tidak sampai 20 titik api setiap hari. “Contoh pada bulan Juni, Juli, dan Agustus cukup banyak hotspot tapi asap tidak sampai,” katanya lagi.

Awal Oktober, sampai 9 Oktober di Inhu tercatat sebanyak 79 hotspot, di Rokan Hilir 35 hotspot, dan di Indragiri Hilir 29 hotspot. Setelah diverifikasi, di Inhu hanya ada 3 hotspot, Inhil 3 hotspot, dan di Rohil 1 hotspot.

“Hanya tujuh hotspot. Tapi kok banyak asap. Sebaliknya saat banyak hotspot tidak ada kabut asap. Artinya ini kita menduga bahwa itu kuriman dari daerah lain ,” katanya. Apalagi dalam Rakor Karhutla Provinsi Riau yang berlangsung Senin (9/10), Menkopolhukam Mahfud MD mengatakan, berdasarkan database, karhutla di Riau terkendali.

Berkurangnya hotspot dan muncuknya hujan membuat kualitas udara di Kota Bertuah terus mengalami perbaikan. Pantauan Riau Pos, Selasa (10/10) melalui aplikasi kualitas udara yang dimiliki oleh BMKG yaitu https://www.bmkg.go.id/kualitas-udara/informasi-partikulat-pm25.bmkg, kualitas udara di Pekanbaru sudah semakin membaik yakni berada di level sedang.

Meskipun begitu sejumlah helikopter milik BPBD Provinsi Riau masih terus berkeliling di langit Kota Pekanbaru sembari membawa alat water bombing untuk melakukan pemadaman titik api di sejumlah daerah yang berbatasan dengan Kota Bertuah.

Membaiknya kualitas udara membuat Dinas Pendidikan (Disdik) Riau mengeluarkan surat edaran baru kepada Kepala SMA/SMK/SLB baik negeri maupun swasta di Riau terkait pelaksanaan pembelajaran atau sekolah di tengah kondisi kabut asap akibat karhutla.

Kepala Dinas Pendidikan Riau Dr Kamsol mengatakan, jika sebelumnya Disdik Riau mengeluarkan surat edaran pembelajaran daring karena dampak kabut asap. Saat ini, Disdik Riau kembali mengeluarkan surat edaran untuk pembelajaran tatap muka. “Mengingat kondisi kualitas udara sudah membaik, maka proses kembali dilaksanakan secara tatap muka di sekolah,” katanya.

Meskipun demikian, seluruh perangkat sekolah yang melaksanakan pembelajaran tatap muka diminta untuk menggunakan masker. “Seluruh perangkat sekolah diminta menggunakan masker,” ujarnya.

Jika nantinya kualitas udara kembali memburuk, pihaknya juga memberikan kewenangan bagi masing-masing kepala sekolah untuk dapat melaksanakan pembelajaran daring kembali.

“Apabila kualitas udara sangat tidak sehat, maka pembelajaran dapat dilaksanakan daring lagi. Namun tergantung kualitas udara di masing-masing daerah,” sebutnya.

Ya, per hari Selasa (10/10) sekolah di Pekanbaru kembali melaksanakan pembelajaran secara tatap muka. Kepala Sekolah SMAN 5 Pekanbaru Elmi Gurita mengatakan, melihat kondisi udara membaik, akhirnya sekolah kembali dilakukan secara tatap muka. “Dari hasil koordinasi kami dengan pihak Dinas Pendidikan Riau, disebutkan bahwa kualitas udara di Pekanbaru sudah baik. Karena itu sekolah kembali dilakukan secara tatap muka,” katanya.

Dengan sudah kembali dilaksanakannya sekolah tatap muka, maka beberapa aturan sekolah dikembalikan seperti semula. Seperti para siswa mulai masuk sekolah pukul 07.00 WIB dan satu jam pelajaran dilaksanakan selama 45 menit. “Jadi semua sudah seperti semula, kecuali nanti dalam perjalanannya udara kembali berubah menjadi tidak sehat. Kami akan membuat kebijakan lagi. Alhamdulillah pelaksanaan sekolah tatap muka berjalan lancar,” sebutnya. Namun, Penjabat (Pj) Wali Kota Pekanbaru Muflihun mengatakan, saat ini Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru terus melakukan pemantauan terhadap kualitas udara di Kota Pekanbaru yang mulai kembali memasuki kategori sedang setelah diguyur hujan deras.

“Kita akan terus memantau (kualitas udara) di Pekanbaru, semoga dengan adanya hujan yang mengguyur kota Pekanbaru bisa mengembalikan kualitas udara di Kota Pekanbaru menjadi sehat kembali,” katanya.

“Jika memang nanti BMKG sudah melaporkan angka batas rata-rata tersebut, baru kita liburkan anak-anak. Tapi Pekanbaru kan belum, makanya sekolah belum diliburkan karena memang laporan dari BMKG masih dibawah 200,” ucapnya.

Muflihun juga meminta kepada orang tua dan juga guru-guru yang ada di sekolah untuk mengingatkan anak-anaknya memakai masker saat ke sekolah. “Karena anak-anak ini kan memang rentan jadi orang tua dan gurunya harus selalu membuat mengingatkan mereka agar menjaga kesehatan bila perlu gunakan masker jika kabut asap kembali meningkat,” tuturnya.

“Kita juga imbau masyarakat untuk memakai masker dan mengurangi aktivitas di luar ruangan. Keluar jika ada keperluan mendesak. Dan tentunya kalau keluar tetap gunakan masker. Jangan melakukan aktivitas membakar lahan karena dapat memperburuk kualitas udara yang sudah mulai membaik ini,” tambahnya.

Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Kampar juga belum meliburkan pelajar SD dan SMP. Plt Kadis Dikpora Kampar H Aidil mengatakan, sesuai pantauan dan konsultasi DLHK dan Dinas Kesehatan, disebutkan Kampar berada pada zona sedang atau kuning  “Maka kita belum bisa meliburkan sekolah berbeda dengan kondisi di Pekanbaru, memang di sana zonanya merah,” jelas Aidil, Selasa (10/10).

Aidil juga mengimbau kepada seluruh tenaga pendidik agar aktivitas anak dikurangi di luar ruangan dan fokus kepada proses belajar mengajar di lokal atau ruangan kelas. “Kondisi kabut asap ini bisa mengakibatkan penyakit ISPA. Jadi jangan sampai anak kita terdampak penyakit tenggorokan dan lainnya,” harapnya.

Meranti Tak Punya Alat ISPU

Kepulauan Meranti tak memiliki alat ukur ISPU. Hal ini dikatakan Kepala Perkimtan-LH Syaiful. “Meranti belum punya ISPU, jadi kita tidak bisa menebak-nebak. Ya, kalau dilihat secara kasatmata memang tidak sehat tapi masih aman,” ungkapnya.

Ia menerangkan dari pantauan udara, di pusat Kepulauan Meranti seperti di Kecamatan Tebingtinggi masih tergolong aman. “Secara kasat mata kabut hanya berlangsung pada pagi hari dengan jarak pandang tidak kurang dari satu kilometer,” ujarnya.

Walaupun demikian ia belum mampu menjawab pasti ISPU secara teknis mengingat di daerah tersebut belum memiliki alat ukur. Adapun langkah yang bakal mereka laksanakan dengan melaksanakan koordinasi dengan pihak Kementerian Lingkungan Hidup. Karena sejauh ini mereka menggunakan alat ukur dari kementerian terkait.

“Memang ada rutinitas pengukuran ISPU di Meranti. Namun itu hanya berlangsung dua kali dalam setahun. Situasional makanya kami akan kembali melakukan peminjaman,” ujarnya.

Paling tidak menurut Syaiful, dengan langkah itu pihaknya memiliki data pasti terhadap ukuran ISPU di Meranti. Sehingga jika situasi diaanggap tidak aman dapat ditindaklanjuti oleh dinas terkait seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan.

9.165 Anak Pekanbaru Alami ISPA

Ribuan anak-anak di Pekanbaru mengalami penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, dr Zaini Rizaldy Saragih, mengatakan untuk kasus ISPA di Pekanbaru cenderung didominasi oleh anak-anak usia 0-9 tahun.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Pekanbaru, ada 9.165 anak yang mengalami ISPA sejak awal tahun 2023. Jumlah tersebut terbagi dalam ISPA non-pneumonia dan ISPA pneumonia. Dari ribuan anak yang terkena ISPA separuh di antaranya merupakan anak di bawah lima tahun (balita) yakni 5.494 orang. Sementara, sisanya 3.671 anak usia 5-9 tahun.

Selain itu, juga ada berusia 9-60 tahun yang mengalami ISPA. Kasusnya mencapai 12.706 orang. Dari total itu, 11 orang di antaranya mengalami ISPA dengan pneumonia. Kemudian pada usia 60 tahun ke atas, warga Pekanbaru yang terkena ISPA mencapai 2.551 orang. Sementara tiga orang diantaranya terkena ISPA dengan pneumonia.

Secara keseluruhan, total kasus ISPA di Pekanbaru sejak awal tahun hingga September 2023 mencapai 24.422 orang.

“Untuk kasus ISPA di Kota Pekanbaru didominasi anak-anak. Maka kita imbau agar orangtua mengurangi aktivitas anak di luar rumah,” kata Zaini.(sol/wir/ayi/kom/amn/MX12)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook