BEM Se-Indonesia Gelar Aksi HPI di CFD Pekanbaru

Riau | Senin, 11 Maret 2019 - 13:15 WIB

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Sebanyak 11 kampus hadir dalam aksi damai di area car free day (CFD) Pekanbaru, Ahad (10/3). Mereka adalah perwakilan dari Forum Perempuan Badan Eksekutif Mahasiswa (FP BEM) se-Indonesia. Aksi tersebut digelar dalam rangka loka karya nasional membahas tentang kekerasan terhadap perempuan.

“Kami melakukan aksi damai untuk mencerdaskan masyarakat terkait temuan yang terjadi di keluarga,” ucap Pina selaku koordinator acara pada Ahad, (10/3).

Baca Juga :Drainase Pasar Induk Harus Segera Dibangun

Ke-11 perwakilan kampus itu antara lain dari Universitas Lampung, STKIP Adzia Sumatera Barat, IAIN Batusangkar, Universitas Sanata Dharma, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Padang, Universitas Andalas, Universitas Trinojoyo Madura, dan Universitas Riau.

Lebih lanjut, Nipa sampaikan, sebenarnya salah satu faktor kekerasan terhadap perempuan itu terjadi karena keluarga selalu mengajarkan tentang kebaikan. Tidak ada yang mengajarkan tentang kekerasan dalam artian bukan main fisik, melainkan ikut olahraga beladiri untuk menjaga diri serta pendidikan agama.

“Harapan kami dengan diadakannya aksi ini, untuk meningkatkan pemahaman keyakinan masing-masing masyarakat terkait kekerasan terhadap perempuan. Lalu, pendidikan kasih sayang untuk keluarga. Sehingga kasus broken home pun berkurang bahkan tidak ada,” jelasnya.

Kekerasan lain terjadi, dikatakan Nipa, karena hukum yang belum tegas kepada pelaku kekerasan terhadap perempuan khususnya seksual. Padahal pelaku sudah melanggar undang-undang dan Pancasila. Itulah mengapa tingkat keimanan seseorang harus tinggi sehingga tidak bakal terjadi kekerasan.

Sementara Wakil Presiden BEM Universitas Riau, Dedi Prianto mengatakan bahwa aksi ini dilakukan berlandaskan terkait kasus-kasus kekerasan seksual dan kekerasan terhadap anak itu meningkat. Terdapat sembilan ribu kasus. “Terkait penghapusan RUU PKS itu kami tidak setuju, sebab kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang atau oknum tertentu ini harus diadili, tapi mengapa malah mau dihapus,” sambungnya.

Dijelaskannya, Forum Perempuan BEM se-Indonesia selama tiga hari terhitung sejak Jumat (8/3) sudah melakukan konsolidasi menyuarakan kasus kekerasan. “Jumat dan Sabtu, kami mengadakan seminar dengan mengundang Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak, ketua aliansi keluarga, dan pakar-pakar maupun praktisi tentang perlindungan anak dan kekerasan seksual, kemudian polda, politisi dan akademisi,” jelasnya.

“Ini harus sama-sama kita disuarakan. Sejatinya air mata Indonesia adalah perempuan. Maka harus dilindungi,” tutupnya. (*3)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook