BANGKINANG (RIAUPOS.CO) - Mantan Gubernur Riau yang juga mantan Bupati Kampar Saleh Djasit memberikan pandangan kondisi Kabupaten Kampar. Kampar yang sudah menapaki usia 69 tahun menurut Saleh, memiliki keterikatan emosional dengan dirinya. Setelah sekitar 30 tahun meninggalkan pos bupati, Saleh merasakan banyak perubahan pada Kampar. Mulai dari pembangunan sampai luas wilayah yang kini mengerucut. Tapi menurut purnawiraan TNI AD ini, ada beberapa hal yang tidak pernah berubah.
‘’Kampar selalu kekurangan anggaran. Itu sudah terjadi sejak dulu. Sekitar 30 tahun lalu, Kampar sangat luas karena belum ada pemekaran. Saya teringat kalau ke Rokan IV Koto, kini wilayah Rokan Hulu, saya harus menginap. Bahkan kalau ke Kuala Kampar, kini wilayah Pelalawan itu akan memakan waktu sepekan. Anggaran selalu kurang, bahkan untuk melakukan perjalanan kami pada saat itu sering berutang dulu,’’ ungkapnya membuka cerita.
Lanjut Saleh, karakteristik masyarakat Kampar adalah masyarakat yang selalu aktif. Masyarakat akan selalu menyuarakan aspirasinya kepada bupati. Maka tidak heran, kata dia, ke mana pun Bupati pergi, masyarakat Kampar tidak sungkan untuk sekadar bertanya atau memprotes soal pembangunan. Saleh pada waktu itu mengaku kerap ditanya bilo kami merdeka pak. Hal itu karena masih minimnya pembangunan infrastruktur.
‘’Karena dulu kondisinya memang begitu, Kampar selalu kekurangan anggaran. Saat ini, ketika pembangunan sudah masif di Kabupaten Kampar, tuntutan masyarakat lebih masif lagi,’’ ungkap Saleh.
Maka dirinya memberikan masukan kepada Pemkab Kampar untuk tidak berhenti berjuang dan membangun secara maksimal di bidang infrastruktur.(end)