PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Petani lokal di Pekanbaru kesulitan mengembangkan budi daya hortikultura. Selain karena petani tidak pernah mendapatkan pembinaan dan bantuan dari pemerintah, berkurangnya lahan jadi permasalan utama yang dihadapi para petani.
“Lahan pertanian hortikultura di Pekanbaru ini ada di Jalan Kartama, Jalan Teropong, di Kecamatan Tenayan Raya dan yang paling luas di Okura Rumbai Pesisir,” ungkap Darto petani yang memanfaatkan lahan kosong di Jalan Teropong tersebut, Ahad (7/4).
Ia tidak sendirian yang merasa mulai kesulitan bercocok tanam di daerahnya itu. Namun permasalahan tersebut dirasakan puluhan bahkan ratusan petani lainnya. “Masalahnya ya karena kami petani lokal ini tidak pernah dapat perhatian pemerintah. Masalah yang kami hadapi, ya sudah tidak ada lagi lahan yang bisa digarap karena dibangun perumahan,” katanya.
Hal senada diungkapkan Parmin. Petani di Jalan Teropong yang sudah melakoni rutinitasnya menjadi petani jagung belasan tahun ini harus iklas kehilangan lahan dan mata pencariannya. “Sekarang ya jadi buruh bangunan itu pun kalau ada kerjaan. Lahan numpang hanya mengarap saja. Karena pemiliknya meminta ya ikhlas saja. Katanya lahannya mau dijadikan perumahan,” Parmin.
Para petani lokal ini menyumbangkan hampir 10 persen hasil hortikultura di Pekanbaru. Seperti cabai merah, cabai rawit, jagung, timun, pisang, ketela dan lainnya. Selebihnya didatangkat dari Sumbar dan Medan serta Pulau Jawa.
Petani pasrah tidak tahu mengadu ke mana. “Pemerintah tak pernah datang memberikan pelatihan apalagi bantuan. Jadi kami memang mandiri. Padahal kita tahu pemerintah bisa memberikan pelatihan, pupuk subsidi dan bantuan bibit. Tetapi tak pernah kami dapatkan,” terangnya.(ilo)