PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Peserta yang mendaftar untuk mengikuti seminar virtual pendidikan budaya Melayu di lingkungan keluarga, yang ditaja Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) sempena milad 50 tahun lembaga ini membeludak.
Dari 200 peserta yang ditargetkan, ternyata yang mendaftar mencapai 500 orang. Mereka tidak saja berasal dari Riau, tetapi juga berasal dari berbagai tepat di Sumatera, Jakarta, Jawa Barat, bahkan Malaysia dan Singapura.
Demikian disampaikan Ketua Panitia Milad 50 Tahun LAMR Datuk H Taufik Ikram Jamil yang didampingi koordinator seminar virtual pendidikan budaya Melayu Riau, Datuk Yoserizal Zen. Menurutnya acara itu sendiri dilaksanakan hari Senin (8/6/2020) yang akan dibuka oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAMR Datuk Seri Syahril Abubakar.
Datuk Taufik mengatakan, seminar virtual pendidikan budaya Melayu di tengah keluarga itu merupakan satu dari empat kegiatan sempena Milad Emas 50 tahun LAMR. Sebelumnya, hari Sabtu (6/6/2020), dilaksanakan Doa Virtual Setengah Abad. Menyusul setelah seminar virtual itu adalah Pencanangan Gerakan Jaga Kampung (9/6/2020) dan Dialog Virtual Kedaulatan Adat (10/6/2020).
Seminar virtual pendidikan budaya Melayu di keluarga sejalan dengan pendidikan Budaya Melayu Riau di sekolah yang telah dilaksanakan dari tahun ke tahun dengan berbagai persoalan.
Pembentukan karakter siswa dalam hal ini khususnya kemelayuan meniscayakan sinergi antar penanggung jawab utama pendidikan seorang anak (ekosistem pendidikan dan kebudayaan), yang melibatkan keluarga dan lingkungannya, selain sekolah.
Banyak faktor yang menyebabkan ekosistem tersebut dewasa ini tidak berjalan sebagaimana diharapkan. Di antaranya perubahan-perubahan sosio-kultural, sumber-sumber pengetahuan dan pengalaman, serta orientasi kehidupan aktual yang terjadi di tengah-tengah keluarga dan masyarakat kita sekarang ini, tidak hanya di kawasan perkotaan, tetapi juga sudah meluas sampai ke kawasan perkampungan yang selama ini kita anggap sebagai titik-titik penanda keragaman kehidupan kultural bangsa kita.
“Kita coba mencari titik temu untuk kembali merekat unsur eksosistem pembentukan karakter siswa dalam kemelayuan itu,” ungkapnya, Ahad (7/6/2020).
Tiga orang pembicara diharapkan dapat memancing cakrawala untuk tujuan yang dimaksud. Mereka adalah Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (Ketum) MKA LAMR Datuk Seri H Al azhar dan Rektor Universitas Lancangkuning Datuk Dr Junaidi.
Seminar ini berangkat dari keprihatinan tentang keterputusan hubungan antara lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga/masyarakat dalam ekosistem pendidikan dan kebudayaan tersebut, khususnya yang berkaitan dengan tujuan penguatan karakter dan pengkaryaan yang bersumber dari nilai-nilai dan kearifan Melayu (Riau).
Dari seminar ini diharapkan lahir pemikiran-pemikiran bernas untuk agenda-agenda membangun kembali kesadaran berjatidiri di kalangan anak-anak bangsa guna memperkuat peran aktif dan kreatifnya dalam dinamika global.
Tak hanya seminar, lanjut Taufik, kegiatan ini diharapkan dapat dilanjutkan dengan semiloka yang secara teknis dapat melahirkan piranti pendidikan budaya Melayu di tengah keluarga itu.
"Jadi, pedidikan budaya Melayu tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah saja, tetapi juga keluarga,” ujarnya.
Laporan: *1/Eka G Putra (Pekanbaru)
Editor: E Sulaiman