Hal ini diungkapkan oleh Pembina Yayasan Abdurrab, sekaligus pendiri Masjid At Tabrani, Dr dr Susiana Tabrani MPd. Ia mengatakan sudah sejak tahun pertama pada Ramadan, masjid ini menargetkan satu juz ayat setiap tarawih, dengan estimasi waktu kurang lebih 2,5 jam.
“Kami sudah sejak dulu rutin melaksanakannya,” ungkapnya.
Selain itu, ada waktu istirahat ketika Salat Tarawih. Menurut Susiana, setelah selesai setengah juz, maka Salat Tarawih dijeda untuk beberapa saat, diganti dengan ceramah. Untuk itu, Masjid At Tabrani juga menyediakan makanan dan minuman pelepas dahaga untuk jamaah tarawih.
“Tarawih kami sediakan juga kopi, teh, makanan gratis untuk jamaah masjid. Setelah setengah juz, ceramah dulu, sambil istirahat minum. Yang penting jamaah tetap sehat dan kuat untuk beribadah,” ucapnya.
Sementara itu Masjid At Tabrani juga menyediakan 60 paket makanan untuk berbuka puasa bagi siapa saja yang hendak berbuka di sana. 30 paket untuk perempuan, dan 30 paket untuk laki-laki. Hal ini dilakukan terus-menerus hingga akhir Ramadan.
“Kami baru tutup kegiatan masjid sampai hari terakhir nanti. Mutu hari pertama sampai akhir itu tidak ada yang berbeda. Tuntaskan dari awal sampai akhir, walaupun jamaah tinggal satu baris, kami tetap komitmen,” pungkasnya.
Program untuk Ramadan adalah kajian setelah Salat Subuh, kultum setelah Salat Zuhur, tahsin dan tahfiz Quran setelah Salat Ashar, serta ifthar jma’i dan kajian malam tarawih tematik.
Masjid At Tabrani berada di Jalan Bakti, Kelurahan Tangkerang Barat, Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru. Masjid ini memiliki empat menara yang berdiri di setiap sudutnya. Didominasi warna putih dan berarsitektur kombinasi antara Melayu dengan arsitektur Spanyol.
Motif kaluk pakis terlihat pada bagian atas dinding dan motif pucuk rebung di bagian menara, memberikan kesan Melayu dari ikon At Tabrani Islamic Center ini. Selain itu juga terdapat ukiran atau pahatan bermotif islami pada dinding masjid ini.
Menurut Susiana, masjid ini dibangun menyerupai Masjid Andalusia, dengan empat menara menjulang di atasnya, serta kubah besar berwarna putih dipadu dengan warna hijau dan kuning di bagian bawah kubah.
“Untuk bangunan ini terinpirasi dari Masjid Andalusia,” katanya.
Masjid ini memulai peletakan batu pertama sejak 2014 dan diresmikan pada 2017 lalu. Susiana mengatakan jika masjid ini adalah persembahannya untuk Sang Ayah, Prof dr H Tabrani Rab SpP. “Saya ingin masjid ini menjadi amal jariyah untuknya,” ucapnya.
Di sekeliling masjid ini telah dibangun pesantren, sekolah, convention hall, dan lain-lain. Masjid menjadi bangunan pertama yang didirikan di atas tanah seluas lima hektare ini. Satu bulan setelah masjid berdiri, dibangunlah bangunan untuk sekolah dan berlanjut ke bangunan-bangunan lainnya.
Susiana mengaku mengikuti cara Rasulullah SAW ketika tiba di Madinah, hal pertama yang dilakukannya adalah membangun masjid. “Sama, saya bangun masjid dulu, baru bangun gedung sekolah SMP dan SMA,” ungkapnya.