PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Sejumlah pecinta alam yang terdiri dari mahasiswa, NGO, seniman, komunitas musik jalanan, dan berbagai eleman masyarakat menggelar aksi bersama dalam memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Tugu Zapin, Jalan Sudirman, Pekanbaru, Ahad (4/6).
Aksi mengangkat tema “Perubahan Iklim Menjadi Tanggung Jawab Bersama” ini diisi dengan berbagai macam kegiatan di antaranya musik, akustik, puisi, aksi bersih, membentang spanduk imbauan perubahan iklim ini menjadi tanggung jawab bersama, cabut paku, mimbar rakyat, pembagian 2.500 bibit pohon, dan cek kesehatan gratis bagi masyarakat.
“Ini merupakan aksi bersama dari semua golongan,” ujar koordinator aksi, Adam, Ahad (4/6). “Kegiatan kami ini sebetulnya berlangsung selama dua hari. Mulai hari ini (kemarin, red) dan nanti di tanggal 9 Juni. Tetapi untuk 9 Juni kami lagi proses mencari titik lokasi aksi bersih sungai yang akan kami lakukan nantinya,” ungkapnya.
Dijelaskan Adam, dari 2.500 bibit pohon tersebut, hanya 500 bibit pohon dibagikan, sementara 2.000 bibit lagi ditanam sendiri. Bibit pohon tersebut terdiri dari pohon matoa, pohon sirsak, pohon nangka, pohon gaharu, dan lainnya.
Peserta aksi ini juga mengimbau pemerintah terkait agar perubahan iklim tidak bisa diberatkan kepada masyarakat sendirinya. ‘’Kita berharap pemerintah dengan segala aturan-aturannya, mari tegaskan lagi dan menindak tegas jika terjadi kebakaran hutan dan lahan di Riau. Mari kita suarakan bersama perubahan iklim ini adalah tanggung jawab bersama,” ujarnya.
Dijelaskannya, perubahan iklim yang terjadi di Riau khususnya di Pekanbaru saat ini diakibatkan banyak faktor. ‘’Tetapi kami menspesifikkan permasalahan di Riau ini apa penyebab sehingga terjadinya perubahan iklim tersebut. Seperti pembukaan lahan besar-besaran dan pembakaran lahan. Itu salah satu penyebab emisi yang besar di Riau. Pada kegiatan ini kami juga mengajak dan mengimbau ayo jadikan Riau ini bebas asap,” imbaunya.
Ia menuturkan, pihaknya telah melahirkan beberapa kajian tentang solusi-solusi apa saja untuk perubahan iklim ini dari Riau. ‘’Kami telah melakukan kajian tentang restorasi dan pemulihan ekosistem Semenanjung Kampar dan Kerumutan. Di dua lanskap terdapat di empat kabupaten yaitu di Siak, Pelalawan, Inhu, dan Inhil. Di empat kabupaten ini kita sudah komitmen dengan kepala daerah untuk perubahan iklim. Di Semenanjung Kampar dan Kerumutan tutupan lahannya masih 600 ribu hektare, makanya kami jaga di sana,” katanya.
Sementara itu, Umi dari Walhi Riau mengatakan, Hari Lingkungan Hidup yang diperingati setiap tahun ini salah satunya bertujuan agar masyarakat khususnya di Pekanbaru bisa turut berpartisipasi dan mendukung semua upaya dalam melestarikan dan juga melindungi lingkungan dari segala macam kerusakan dan permasalahan yang saat ini dihadapi.
‘’Terkait perubahan iklim terjadi, harusnya pemerintah dengan segala kewenangannya bisa mengambil kebijakan mendukung upaya untuk menghentikan laju perubahan iklim. Karena saat ini kita menghadapi perubahan iklim yang sangat nyata. Tetapi banyaknya kebijakan pemerintah yang justru berlawanan denghan harapan kita agar perubahan iklim ini bisa dihentikan,’’ ujarnya.
Umi mencontohkan, pemerintah memberikan izin yang sangat banyak kepada industri membuka hutan untuk kepentingan perkebunan, pertambangan dan lain sebagainya. ‘’Apalagi kita mendengar ada Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2023 yang melegalkan ekspor pasir laut,’’ ujarnya.
‘’Tentunya ini mengkhawatirkan. Sebab ke depannya kita juga mungkin saja kehilangan pulau-pulau kecil, abrasi yang semakin besar karena pertambangan pasir laut itu dilegalkan untuk di ekspor. Kami berharap pemerintah untuk bisa mencabut peraturan pemerintah tersebut dan memiliki ambisi yang serius untuk menangani perubahan iklim serta memulihkan kembali lingkungan yang sudah rusak,” harapnya.(dof)