PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Tingkat kesembuhan pasien positif Covid-19 di Riau belakangan ini terus mengalami peningkatan. Tidak hanya pada masyarakat umum, namun juga pada para tenaga kesehatan (nakes) yang menjadi garda terdepan dalam penanganan pasien positif Covid-19.
Berdasarkan data yang dirangkum di Dinas Kesehatan (Diskes) Riau, tingkat kesembuhan pasien positif dari kalangan nakes di Riau mencapai 97 persen. Sedangkan yang masih menjalani perawatan dua persen serta yang meninggal dunia satu persen.
"Total jumlah tenaga kesehatan di Riau yang terkonfirmasi positif Covid saat ini sebanyak 360 orang. Dari jumlah tersebut, 97 persen berhasil sembuh," kata Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir.
Dijelaskan Mimi, adapun profesi nakes yang terkonfirmasi positif Covid tersebut di antaranya perawat, dokter, tim analis, tim manajemen, asisten apoteker, rehabilitasi medik, tenaga gizi, apoteker dan beberapa profesi tenaga kesehatan lainnya.
"Jika dilihat dari jenis kelamin, tenaga kesehatan berjenis kelamin perempuan yang paling banyak terkonfirmasi positif Covid yakni mencapai 273 orang. Sedangkan laki-laki 87 orang," paparnya.
Dalam kesempatan tersebut Mimi juga mengingatkan kepada masyarakat untuk dapat terus menerapkan protokol kesehatan. Karena saat ini masih ditemukan adanya pasien positif Covid-19.
"Penyebaran Covid-19 harus bisa ditekan secara bersama-sama, meksipun saat ini sudah ada vaksin. Untuk itu protokol kesehatan harus tetap dijalankan," imbaunya.
Untuk update Covid-19 di Riau per Kamis (4/2) jumlah tambahan pasien positif Covid-19 sebanyak 99 orang. Dengan tambahan pasien positif tersebut, maka total jumlah pasien positif di Riau hingga saat ini sudah mencapai 29.290 orang.
"Selain itu, ada juga kabar baik, terdapat penambahan 57 pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh. Total keseluruhan pasien yang sudah dinyatakan sehat berjumlah 27.527 orang. Dilaporkan juga, terdapat penambahan lima pasien yang dinyatakan meninggal dunia karena Covid-19. Untuk total kasus kematian sejak adanya pandemi corona sudah mencapai 698 orang," paparnya.
Tatap Muka Berlangsung Bertahap
Proses belajar tatap muka di sekolah di Kota Dumai berlangsung secara bertahap. Saat ini baru satu sekolah tingkat SMK yang di izinkan Satgas Covid-19 untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah. "Memang belajar tatap muka dilaksanakan bertahap, saat ini baru tingkat SMA dan SMK. Jika sudah semua tingkat ini baru masuk ke tingkat SMP, setelah itu baru SD dan TK," ujar Sekretaris Disdik Kota Dumai Dedy.
Ia mengatakan jadi belajar tatap muka terus dievaluasi terutama dalam pengawasan protokol kesehatan Covid-19. "Jika muncul klaster dari dunia pendidikan, maka akan dievaluasi dan dihentikan," ujarnya.
Ia menyebutkan belajar tatap muka baru bisa dilaksanakan jika tim Satgas Covid-19 Kota Dumai sudah memberikan rekomendasi.
"Saat ini, tim Satgas terus memverifikasi sekolah-sekolah yang mengajukan proposal," sebutnya.
Pj Wali Kota Dumai Jonli mengatakan pembelajaran tatap muka harus di laksanakan dengan penuh kehati-hatian, dan pengawasan yang ketat dalam menjaga protokol kesehatan.
"Jangan protokol kesehatan yang ada hanya sebagai syarat dan simbol saja. Namun harus benar diawasi secara ketat, jangan sampai menimbulkan masalah baru dalam penyebaran Covid-19 di Kota Dumai," tegas Jonli.
Ia menyebutkan pemerintah dalam hal ini sangat menyadari siswa yang bersekolah di sekolah kejuruan memang harus melaksanakan praktek. "Saya menekankan pengawasan baik kepada para peserta didik, maupun kepada seluruh majelis guru. Apabila ada guru atau siswa yang kurang sehat, demam, maka dilarang untuk masuk sekolah," ujarnya.
Ia mengatakan ke depan akan ada beberapa lagi sekolah yang bakal belajar tatap muka, namun memang rekomendasi dikeluarkan jika memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Belum Ada Lampu Hijau
Hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) belum memberikan lampu hijau pelaksanaan belajar tatap muka terbatas. Hal ini dipengaruhi oleh tren penderita Covid-19 di daerah itu.
Tidak itu saja, dalam beberapa kali rapat pembahasan di tingkat gugus tugas penanganan Covid-19 Inhu yang diikuti stakeholder terkait, masih beragam pendapat.
"Di tingkat gugus tugas saja belum satu suara untuk mengeluarkan rekomendasi belajar mengajar tatap muka terbatas," ujar Bupati Inhu H Yopi Arianto SE, Kamis (4/2).
Sehingga dengan pendapat yang beragam di gugus tugas penanganan Covid-19, belum dikeluarkan rekomendasi. Karena salah satu syarat untuk pelaksanaan belajar mengajar dengan pola tatap muka terbatas perlu adanya rekomendasi dari gugus tugas penanganan Covid-19. Dirinya juga tidak gegabah menginstruksikan belajar mengajar dengan pola tatap muka terbatas di setiap tingkatan. Sebab dari data yang ada, penderita atau yang terserang Covid-19 rata-rata berusia di atas 20 tahun.
Sehingga apabila dilakukan proses belajar mengajar dengan pola tatap muka terbatas dan ada di antara siswa yang terpapar, tentunya menambah catatan baru.
"Kami tidak mau menambah riwayat penderita Covid-19 dari kalangan siswa atau 20 tahun ke bawah," ungkapnya.
Memang sebutnya, ada sebagian orang tua yang sudah menginginkan penerapan belajar mengajar dengan pola tatap muka. Namun dengan kondisi yang ada saat ini, belum memungkinkan untuk dilaksanakan belajar di sekolah.
Di lingkungan sekolah sambungnya, sejak beberapa waktu lalu sudah melakukan berbagai persiapan menghadapi belajar mengajar dengan pola tatap muka.
"Di tingkat sekolah sudah ada peralatan pendukung dalam penerapan protokol kesehatan," sambungnya.
Untuk itu, dia mengimbau Disdikbud agar tetap maksimal menjalankan belajar secara daring.
"Mudah-mudahan, kondisi yang ada cepat berkurang hingga dapat dilakukan belajar mengajar tatap muka," terangnya.(sol/hsb/kas)