Imlek Penuh Kebahagiaan

Riau | Selasa, 05 Februari 2019 - 11:13 WIB

Imlek Penuh Kebahagiaan
BERPOSE: Vinnylia Yangsen (kiri) dan Jesslyn Angelia Kosasih berpose di Klenteng Dewi Sakti jalan Karya Indah, Pekanbaru. Foto diambil beberapa waktu lalu. (MHD AKHWAN/RIAUPOS)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Hari ini (5/2) etnis Tionghoa merayakan Hari Raya Imlek 2570. Imlek tahun ini menurut masyarakat Tionghoa adalah tahun babi tanah yang memiliki simbol kebahagiaan dan kesenangan.

Tokoh Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Provinsi Riau Ket Tjing mengatakan, banyak keturunan Tionghoa Buddha setelah beralih memeluk agama lain seperti Kristen, Katolik, Islam, Hindu ataupun tidak beragama tidak lagi mau merayakan Imlek dengan mengatakan kalau mereka bukan lagi Buddha. Statement ini seolah-olah mengimplikasikan bahwa Imlek adalah hari Buddha. Padahal, bukan seperti itu.

Baca Juga :Prabowo Terima Dukungan Aliansi Tionghoa

“Imlek, tak hanya dirayakan oleh keyakinan agama Buddha saja, melainkan semua agama. Sebab, Imlek merupakan simbol datangnya musim semi yang dapat dinikmati seluruh orang,” ujar Ket Tjing.

Dikatakannya, Buddhisme masuk ke daratan Cina pada tahun 65 M dibawa oleh dua orang bhiksu dari India (AsiaTengah), Bhiksu Kasyapa Matangga dan Bhiksu Gobarana. Pada saat Buddhisme masuk ke daratan Cina 1.954 tahun lalu, di sana sudah ada dua ajaran yang dianut warga setempat. Yakni Taoisme dan Konfusianisme. Tapi Buddhisme tidak saling bersinggungan dengan dua ajaran setempat, malah diterima dengan tangan terbuka oleh masyarakat di sana. Sehingga terjadilah sinkretisme atau percampuran tiga ajaran yang kita kenal sekarang sebagai Sam Kaw (tiga ajaran). Pada saat itu, awal Buddhisme masuk ke daratan Cina, masyarakat di sana sudah merayakan Imlek selama 2.765 tahun.

“Jadi tahun ini adalah Imlek yang ke-4.717. Dari sejarah ini kita bisa menyimpulkan bahwa Imlek bukan hari Buddha,” ujar Ket Tjing.

Diceritakannya, Imlek dirayakan pertama kali pada 4.717 tahun lalu sejak dinasti awal di daratan Cina yaitu Dinasti Sia. Imlek dirayakan untuk menyambut datangnya musim semi, saat itu masyarakat Cina hidup dari bercocok tanam dan selama datangnya musim dingin.

Mereka tidak bisa beraktivitas di ladang mereka selama beberapa bulan, dan ketika musim semi tiba mereka menyambutnya dengan suka cita karena bisa kembali beraktivitas di ladang mereka.

“Itu sebabnya kedatangan musim semi ini mereka rayakan sebagai Tahun Baru Imlek dan mereka mengucapkan sin tjun kiong hi (selamat datang musim semi, red),” jelasnya.

Selain itu, banyak warga Tionghoa di Indonesia mengatakan Imlek tahun ini adalah Imlek yang ke-2.570. Namun, Imlek 2.570 bukan lah Imlek yang dihitung sejak zaman Dinasti Sia, melainkan Imlek versi kaum Konfusianisme yang dihitung sejak tahun kelahiran Confusius (Nabi Kong Hu Cu).

Confusius lahir pada tahun 551 SM. Kaum Konfusianisme begitu berterima kasih kepada Confusius yang telah mengajarkan mereka “etika” dan “moralitas”. Sehingga tahun lahir beliau dianggap sebagai Imlek pertama walau pun sesungguhnya masyarakat Cina sudah merayakan Imlek selama 2.149 tahun.

“Untuk tradisi pada umumnya tidak jauh berbeda dangan daerah lain di Indonesia. Berbagai persiapan menyongsong perayaan tahun baru Imlek (Hokkien: sin cia) antara lain, membersihkan dan menata rumah. Di daerah kecil, semua anggota keluarga terlibat dalam kegiatan ini, sehingga terpupuk semangat kekeluargaan,” ujarnya.

Dikatakan Ket Tjing, bagi mereka yang mampu, perabotan lama akan diganti perabotan baru. Rumah akan didekor berbagai pernak-pernik seperti bunga meihua yang mulai mekar di musim semi, huruf dan syair harapan/motivasi. Bahkan, bagi yang mempunyai altar di rumahnya, maka sekitar seminggu sebelum tibanya hari raya imlek, patung-patung simbol pemujaan akan dibersihkan didahului dangan puja penghormatan. Dalam suasana perayaan tahun baru Imlek, biasanya akan banyak sanak keluarga dan tamu yang bersilaturahmi.

“Untuk itu dipersiapkan berbagai makanan terutama yang manis-manis. Makanan khas dalam perayaan ini adalah kue bakul,” jelasnya.

Bahkan, terdapat pula persiapan fisik dan batin sebelum Imlek, perlu merapikan rambut, memotong kuku dan pakaian yang akan dikenakan nantinya, biasanya orang-orang akan membeli pakaian yang baru walaupun itu tidak wajib. Anggota keluarga yang merantau akan berusaha mudik ke kampung halamannya. Apalagi jika orangtuanya masih ada. Selain sebagai pelepas rindu, para perantau Tionghoa umum akan berdoa sesuai kepercayaannya agar tahun mendatang akan lebih baik lagi.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook